REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Pemerintah telah merevitalisasi 600 pasar tradisional dalam tiga tahun terakhir. Wakil Menteri Perdagangan, Bayu Krisnamurti, mengatakan untuk merevitalisasi 600 pasar tersebut pemerintah mengeluarkan anggaran Rp 3 triliun.
"Ini masih jauh jika dibanding jumlah pasar di Indonesia yang mecapai 10 ribu. Ditambah dua ribu pasar yang belum terdata dengan baik," katanya dalam diskusi bertema Quo Vadis Pasar Tradidional? di The Park Lane Hotel, Jakarta Pusat, Kamis (2/10).
Menurutnya, tahun ini Kementerian Perdagangan telah merevitalisasi 69 pasar dengan anggaran Rp 617 miliar dari APBN. Namun, pemerintah menghadapi kendala karena pembangunan tidak hanya fisik tapi kapasitas yang menangani pasar juga harus dikembangkan.
"Dan ternyata fisik saja tidak menjamin pasar menjadi baik dan lebih bisa melayani masyarakat," ujarnya.
Menurutnya, tujuan pembangunan bukan sekadar fisik tapi menjadikan pasar sebagai tempat yang lebih diminati oleh konsumen. Dia mencontohkan pemerintah yang punya anggaran Rp500 miliar harus dihadapkan pada tiga pilihan.
Pilihan pertama, merevitalisasi satu pasar secara tuntas dengan konsekuensi hanya sekitar 25 pasar tradisional yang direvitalisasi dengan anggaran masing-masing Rp20 miliar.
Pilihan kedua, agar revitaliasasi merata, maka pasar diberikan dana Rp1 miliar sehingga ada 500 pasar yang direvitalisasi. Sedangkan pilihan ketiga bukan hanya merevitalisasi fisiknya tetapi sosial budayanya.
"Ini tTeknis sederhana tapi harus realistis," imbuhnya.
Oleh sebab itu, pihaknya mendukung janji presiden terpilih Joko Widodo (Jokowi) untuk merevitalisasi 5.000 pasar dalam lima tahun.
"Itu sebuah komitmen politik yang kita sambut dengan antusias," ujarnya.