Jumat 19 Sep 2014 15:58 WIB

Optimalisasi Keanekaragaman Hayati Menambah Produksi Pangan Dunia

Mentan Suswono saat berbicara di forum pertmuan tingkat menteri ketiga APEV
Foto: dok Humas Kementan
Mentan Suswono saat berbicara di forum pertmuan tingkat menteri ketiga APEV

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING – Perlu ada pendekatan, paradigma, bahkan sumber-sumber pangan baru untuk menambah produksi pangan dunia. Kekayaan keanekaragaman hayati (biodiversity) di negara-negara APEC dapat dioptimalkan agar tidak terlalu bergantung pada sumber pangan yang makin terbatas.

 Menteri Pertanian RI Suswono menyampaikan hal tersebut pada pertemuan tingkat menteri ketiga Asia-Pacific Economic Cooperation (APEC) tentang ketahanan pangan, Jumat (19/9) di Berijing, Republik Rakyat Tiongkok.

 “Pikiran kita harus terbuka agar kita dapat terbebas dari ketergantungan terhadap sumber pangan yang makin terbatas,” kata Mentan di hadapan menteri-menteri pertanian 20 negara APEC.

Negara-negara APEC, lanjut Mentan,  memiliki sumber keanekaragaman hayati yang kaya, yang dapat dioptimalkan,  tentu saja dengan memperhatikan keberlanjutan dan komitmen kami yang tercantum dalam Perjanjian Internasional tentang Sumber Daya Genetik Tanaman untuk Pangan dan Pertanian (ITPGRFA) untuk memberikan saham adil bagi ekonomi sumber.

“Saya percaya kita bisa memberi makan rakyat tanpa harus mengorbankan kemampuan generasi mendatang untuk memenuhi ketahanan pangan mereka sendiri,” ujar Suswono.

Mentan dalam siaran persnya kepada ROL, memandang, pertemuan tingkat menteri APEC tentang ketahanan pangan sangat penting karena hal itu sejalan dengan tujuan bersama untuk mengakhiri kelaparan dan kemiskinan pada tahun 2030.

Mentan mengingatkan  bahwa APEC, termasuk semua forum di bawahnya, bukan forum negosiasi.  Semangat APEC adalah konsensus, unilateral,  dan tidak mengikat.  Dan  ketahanan pangan harus diletakkan pada tingkat individu, seperti yang dinyatakan dalam pemahaman bersama APEC tentang  ketahanan pangan. Yakni jika semua orang, setiap saat, memiliki akses fisik dan ekonomi untuk yang mencukupi, makanan yang aman dan bergizi yang memenuhi kebutuhan diet mereka dan preferensi makanan untuk hidup aktif dan sehat.

 “Istilah "yang memenuhi kebutuhan makanan dan makanan preferensi mereka" berlaku untuk semua individu di semua negara atau anggota ekonomi. Oleh karena itu kita harus menahan diri diri untuk melampaui definisi ini,” imbuh Mentan. 

Perdagangan dan investasi, menurut Mentan Suswono, sangat penting untuk pencapaian ketahanan pangan. Karenanya harus diingatkan untuk tidak kembali memproteksi dan langkah-langkah mendistorsi perdagangan. “Kita harus mampu mengembangkan mekanisme dan modalitas yang menjaga perlakuan tidak adil untuk komoditas pangan tertentu. Kami juga berharap, APEC melalui APEC Sekretariat dapat mencontoh praktik terbaik (best practice) dari forum lainnya seperti Kerja sama Selatan, Uni Eropa, Afrika Selatan, dan kerjasama Amerika Selatan."

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement