REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah optimistis kekeringan yang melanda beberapa wilayah di Indonesia tak mengganggu produksi pangan. Wakil Menteri Pertanian, Rusman Heriawan mengatakan bahwa kekeringan yang terjadi saat ini masih bersifat lokal. “Kita belum bisa kategorikan ini sebagai kekeringan nasional karena hanya terjadi di beberapa daerah,” kata Rusman saat dihubungi Republika, Ahad (7/9).
Rusman menjelaskan, jauh-jauh hari Kementan telah mengeluarkan SOP untuk menanggulangi bahaya kekeringan. Implementasi di lapangan diserahkan kepada tiap daerah untuk disesuaikan dengan situasi dan kondisi setempat. Oleh karena itu, pemda dan dinas pertanian diminta cepat tanggap dalam mengatasi kekeringan di wilayah masing-masing.
Pantauan yang dilakukan Kementrian Pertanian menunjukkan bahwa kekeringan mayoritas terjadi di wilayah Pantura seperti Indramayu, Demak, dan Lamongan. Rusman tak menampik bahwa ada sebagian petani yang harus memanen padinya lebih dini karena kekurangan pasokan air. Menanggapi hal itu, Kementan telah memberikan bantuan berupa pompa air yang telah didistribusikan ke wilayah yang mengalami kekurangan air.
Di samping itu jika terjadi kekeringan nasional yang mengakibatkan puso, Kementan dapat mengajukan permintaan khusus ke Kementrian Keuangan. “Akan ada semacam kompensasi untuk petani,” imbuhnya. Besaran kompensasi yang diberikan bervariasi antara Rp 1,75 – Rp 2 juta per hektare. Bantuan modal ini dapat digunakan petani sebagai modal untuk menanam kembali.
Rusman mengatakan, upaya menanggulangi puso karena kekeringan lebih mudah daripada puso akibat banjir. Puso karena kekeringan, kata Rusman, sifatnya bertahap dan dapat dipantau. Sementara puso akibat banjir datangnya tak terduga.
Senada dengan Rusman, Plt Dirjen Tanaman Pangan Kementan Haryono mengatakan bahwa kekeringan bersifat normal dan tidak memengaruhi produksi padi secara signifikan. Ia mengatakan menurut ramalan BMKG, El-Nino yang terjadi pada tahun ini berubah dari lemah ke normal.
Terkait kekeringan, sebelum tahun anggaran 2014 pemerintah telah menyiapkan upaya penanggulangan. Program-program yang disiapkan, kata Haryono, berbeda untuk tiap-tiap provinsi. “Ini karena pola tanam di tiap daerah juga berbeda,” lanjutnya.
Angka ramalan (ARAM) I 2014 turun 1,41 juta ton atau sebesar 1,98 persen dibandingkan Angka Tetap (ATAP) tahun lalu. Pada 2013, ATAP produksi padi mencapai 72,28 juta ton gabah kering giling (GKG). Sementara pada tahun ini diperkirakan produksinya turun menjadi 69,87 jt ton GKG.
Namun, pemerintah optimistis produksi padi dapat melebihi ramalan. “El-Nino tidak bersifat moderat sehingga insya allah produksi lebih tinggi,” kata Haryono. Apalagi, lanjutnya, pada bulan Juli masih turun hujan dan diperkirakan musim hujan tahun ini akan tepat waktu. Pemerintah berharap di akhir 2014, produksi padi dapat mencapai angka 70,24 juta ton GKG.