REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indonesia masih membutuhkan sumber pembiayaan untuk membangun infrastruktur. Sumber pembiayaan tersebut harus berasal dari dana jangka panjang karena pembangunan membutuhkan waktu yang tidak sedikit.
Pembiayaan dari perbankan dianggap kurang sesuai karena dananya berasal dari dana jangka pendek. Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Muliaman D Hadad mengatakan, selama ini sumber pembiayaan pembangunan masih bergantung pada perbankan.
"Sekitar 70 persen pembiayaan berasal dari perbankan," ujar Muliaman, Rabu (3/9). Padahal masih banyak sumber pembiayaan lain yang bisa digali.
Berdasarkan data OJK per Agustus 2014, total pembiayaan dari perbankan, pasar modal dan industri keuangan nonbank (IKNB) sebesar Rp 4.912,3 triliun. Dari jumlah tersebut, pembiayaan dari perbankan mencapai Rp 3.468 triliun, pembiayaan dari penerbitan saham sebesar Rp 670 triliun, obligasi sebesar Rp 410 triliun, pembiayaan dari lembaga pembiayaan sebesar Rp 355 triliun, serta pembiayaan dari SMI dan IIF sebesar Rp 7,4 triliun.
Pembiayaan untuk infrastruktur membutuhkan dana jangka panjang karena pembangunannya memakan waktu yang tidak pendek. Jika dilihat dari struktur pendanaan perbankan, mayoritas dana bersifat jangka pendek.
Berdasarkan data OJK, total dana pihak ketiga (DPK) perbankan mencapai Rp 3.835 triliun. Dari jumlah tersebut, giro tercatat Rp 912 triliun, tabungan Rp 1.167 triliun dan deposito Rp 1.756 triliun.
Deposito atau simpanan berjangka adalah jenis dana yang paling tepat untuk pembangunan infrastruktur. Namun, mayoritas simpanan berjangka masyarakat saat ini bertenor 1 bulan.
Dari data, deposito 1 bulan mencapai Rp 1.012 triliun, deposito 3 bulan sebesar Rp 373 triliun, deposito 6 bulan sebesar Rp 177 triliun dan deposito 12 bulan ke atas hanya sebesar Rp 189 triliun.
Muliaman mengatakan, ketergantungan pembiayaan pembangunan pada industri perbankan harus dikurangi. "Bankir harus bekerja keras bagaimana mengubah sumber dana jangka pendek untuk biayai pembangunan yang berjangka panjang. Diperlukan ekstra usaha yang luar biasa," ujarnya.