Senin 14 Jul 2025 15:49 WIB

Minat Transaksi Tinggi, BEI Tambah Lima Saham Underlying Single Stock Future

Investor sudah bisa memperdagangkan SSF atas total 10 saham.

Rep: Eva Rianti/ Red: Friska Yolandha
Jurnalis memantau layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI) Jakarta, Selasa (8/4/2025). IHSG dibuka anjlok 9,19 persen ke level 5.912,06 pada perdagangan Selasa (8/4/2025) di tengah gonjang ganjing penerapan kebijakan tarif impor oleh Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump. Bursa Efek Indonesia (BEI) langsung mengambil tindakan tegas berupa trading halt dan penyesuaian batas Auto Rejection Bawah (ARB) demi menjaga stabilitas pasar. Pada pukul 09.00 WIB, BEI menghentikan sementara perdagangan sistem JATS karena IHSG tercatat turun hingga 8 persen. Perdagangan dilanjutkan kembali pada pukul 09.30 WIB tanpa perubahan jadwal.
Foto: Republika/Prayogi
Jurnalis memantau layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI) Jakarta, Selasa (8/4/2025). IHSG dibuka anjlok 9,19 persen ke level 5.912,06 pada perdagangan Selasa (8/4/2025) di tengah gonjang ganjing penerapan kebijakan tarif impor oleh Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump. Bursa Efek Indonesia (BEI) langsung mengambil tindakan tegas berupa trading halt dan penyesuaian batas Auto Rejection Bawah (ARB) demi menjaga stabilitas pasar. Pada pukul 09.00 WIB, BEI menghentikan sementara perdagangan sistem JATS karena IHSG tercatat turun hingga 8 persen. Perdagangan dilanjutkan kembali pada pukul 09.30 WIB tanpa perubahan jadwal.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – PT Bursa Efek Indonesia (BEI) melakukan perluasan cakupan produk derivatifnya, seiring dengan tingginya minat transaksi. Perluasan yang dilakukan yakni meluncurkan limaunderlying baru untuk kontrak berjangka saham (KBS) atau single stock futures (SSF) mulai Senin (14/7/2025).

Dengan diluncurkannya pada hari ini, investor sudah bisa memperdagangkan SSF atas total 10 saham, dengan terlebih dahulu membuka rekening derivatif pada anggota bursa yang telah memiliki izin sebagai anggota bursa derivatif. 

Baca Juga

BEI mencatat, sejak diluncurkan pada tahun lalu, transaksi SSF terus menunjukkan perkembangan positif dengan mencatatkan volume transaksi yang bertumbuh.

Sampai dengan Juni 2025, transaksi SSF mencapai 2.175 kontrak atau sebesar Rp 1,02 miliar. Jumlah tersebut meningkat 19 persen dibandingkan jumlah kontrak pada tahun 2024. Jumlah investor derivatif juga menunjukkan peningkatan 142 persen dibandingkan tahun 2024 dengan mencapai 359 investor. 

Direktur Pengembangan BEI Jeffrey Hendrik menyampaikan, capaian tersebut dinilai mencerminkan meningkatnya minat dan kepercayaan investor terhadap instrumen derivatif, khususnya SSF, sebagai alternatif investasi yang potensial di pasar modal Indonesia.

Ia menjelaskan, penambahan underlying SSF dilakukan dengan mempertimbangkan tren dan dinamika pasar terkini, dengan kondisi sektor konsumsi, pertambangan, dan energi menunjukkan kinerja yang relatif positif di tengah dinamika ekonomi global dan domestik. 

Saham-saham yang ditambahkan sebagai underlying SSF yaitu PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk (AMRT), PT Aneka Tambang Tbk (ANTM), PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI), PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF), dan PT Barito Pacific Tbk (BRPT). 

Dengan penambahan lima saham tersebut, saat ini terdapat total 10 saham underlying SSF, yaitu PT Aneka Tambang Tbk (ANTM), PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI), PT Barito Pacific Tbk (BRPT), PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk (AMRT), PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF), PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI), PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), PT Astra International Tbk (ASII), PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (TLKM), dan PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA). 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement