REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Selama 37 tahun eksistensinya membangun ekonomi bangsa, pasar modal Indonesia memiliki kinerja yang terus membaik. Tak mengherankan jika pasar modal Indonesia saat ini berada di urutan ketiga di antara negara-negara Asia.
Direktur Utama Bursa Efek Indonesia (BEI) Ito Warsito dalam konferensi pers memperingati 37 tahun diaktifkannya kembali pasar modal Indonesia di Gedung BEI, Kamis (14/8), mengatakan, tren pertumbuhan pasar modal diharapkan meningkatkan minat masyarakat untuk terus berinvestasi. Hal ini bertujuan agar porsi kepemilikan domestik dapat terus tumbuh bahkan melebihi asing.
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) selaku lembaga pengawas pasar modal di Indonesia mencatat sepanjang tahun ini telah mengeluarkan 40 surat pernyataan efektif atas pernyataan pendaftaran dalam rangka penawaran umum. Nilainya mencapai Rp 47,83 triliun. Pernyataan efektif ini terdiri dari 13 pernyataan efektif untuk emiten yang melakukan penawaran umum perdana saham dengan nilai Rp 4,14 triliun.
OJK juga telah menerbitkan 13 pernyataan efektif untuk penawaran umum terbatas yang totalnya senilai Rp 26,29 triliun. Sisanya adalah tujuh pernyataan efektif penawaran umum obligasi dan sukuk, dan tujuh pernyataan efektif penawaran obligasi dan sukuk berkelanjutan. Masing-masing bernilai Rp 8,65 triliun dan Rp 8,75 triliun.
OJK menilai, data ini penting untuk melihat sisi mana dari pasar modal yang perlu dikembangkan. OJK akan melakukan perbaikan di sejumlah regulasi untuk mendukung pertumbuhan pasar modal nasional. "Data ini penting bagi OJK untuk melihat bagian mana yang harus ditingkatkan," kata Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal OJK Nurhaida.