REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS menguat tipis. Dalam kurs tengah Bank Indonesia (BI) atau yang dikenal dengan Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR), nilai tukar rupiah pada Senin (30/6) tercatat pada Rp 11.969 per dolar AS, menguat dari Jumat (27/6) yang menyentuh Rp 12.103 per dolar AS.
BI meyakinkan pasar bahwa BI selalu menjaga nilai tukar. "BI selalu ada di pasar kalau seperti sekarang, jadi tak mungkin BI biarkan pasar bergejolak," ujar Deputi Gubernur Senior BI Mirza Adityaswara. Intervensi yang dilakukan BI bertujuan agar volatilitas rupiah terjaga.
Mirza mengakui, nilai tukar saat ini sudah undervalue. Namun, ia berharap, dengan nilai tukar saat ini, impor dapat berkurang dan ekspor dapat meningkat. "Sekarang mungkin sedang ada tekanan justru harusnya bagus untuk foreign investor masuk," ujarnya.
Sementara itu, Pengamat Indef Ahmad Erani Yustika mengatakan, ekspor tidak akan meningkat kendati nilai tukar rupiah melemah. Alasannya, negara-negara tujuan ekspor Indonesia tengah mengalami perlambatan ekonomi. "Pasar tujuan ekspor situasinya belum bagus, entah itu Jepang, AS atau Eropa," ujarnya.
Ia memprediksi ekspor akan kembali tumbuh tinggi pada awal 2015 seiring dengan perbaikan ekonomi negara-negara tujuan ekspor. Sementara itu, rupiah diprediksikan akan menguat usai Pemilihan Presiden (Pilpres).
Erani mengatakan, sesuai situasi ekonomi Indonesia, nilai tukar rupiah harusnya berada pada kisaran Rp 10.750-Rp 11.250 per dolar AS. Sentimen negatif telah melemahkan rupiah, seperti defisit anggaran dan defisit neraca perdagangan "Kebijakan mengenai subsidi minyak juga belum ada solusi permanen," ujarnya.