REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) memprediksi pemangkasan anggaran di kementerian dan lembaga pemerintah akan membuat target kemiskinan melenceng. Pemangkasan anggaran diperkirakan melebihi batas atas target pemerintah sepanjang 2014.
Pemerintah telah menargetkan tingkat kemiskinan tahun ini antara 9,0 persen sampai 10,5 persen. Namun, dengan adanya pemangkasan, kemungkinan tingkat kemiskinan akan melebihi batas atas.
"Bila memang dilakukan pemotongan anggaran yang berimplikasi pada pemotongan belanja K/L dan program pengentasan kemiskinan, bisa keluar dari 10,5 persen," kata Kepala Bappenas Armida S Alisjahbana usai melakukan pertemuan dengan Komisi XI DPR, Senin (9/6).
Dengan asumsi pertumbuhan ekonomi sebesar 5,5 persen dan inflasi 5,3 persen, maka tingkat kemiskinan diperkirakan sebesar 10,41-10,69 persen. Namun, ini masih lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya, yaitu sebesar 11,47 persen.
Terkait dampaknya terhadap pengangguran, Armida mengatakan hal tersebut akan mengurangi penciptaan kesempatan kerja. Dalam anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) 2014, total anggaran untuk penciptaan tenaga kerja mencapai Rp 140 triliun dengan daya serap sebesar 3,012 juta kesempatan kerja.
Dengan pemangkasan, maka anggaran yang dialokasikan hanya Rp 99,84 triliun dengan jumlah penciptaan kerja hanya 2,2 juta kesempatan kerja.
Armida menilai, tingkat pengangguran terbuka (TPT) masih dalam daya jangkau pemerintah, yaitu 5,6 sampai 5,9 persen. Hanya, elastisitasnya berkurang. Setiap satu persen pertumbuhan ekonomi hanya menciptakan 230 ribu kesempatan kerja. "Tahun lalu 293 ribu," kata Armida.
Pemangkasan juga berdampak pada program peningkatan kapasitas angkatan kerja. Di APBN tercatat sebesar Rp 1,6 triliun. Jumlah yang mengikuti pelatihan sebanyak 657 ribu orang. Dengan pemangkasan secara rerata sebesar 30 persen, jumlah peserta pelatihan berkurang 200 ribu.