Senin 05 May 2014 16:00 WIB

Menkeu: Penurunan Ekspor Tekan Pertumbuhan Ekonomi Triwulan I

Rep: Muhammad Iqbal/ Red: Nidia Zuraya
Kapal Kargo pengangkut kontainer komiditi ekspor (ilustrasi)
Foto: sustainabilityninja.com
Kapal Kargo pengangkut kontainer komiditi ekspor (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang dirilis Badan Pusat Statistik (BPS) pada hari ini berbeda signifikan dibandingkan proyeksi sejumlah kalangan termasuk pemerintah. BPS mencatat pertumbuhan triwulan I 2014 sebesar 5,21 persen atau lebih rendah dibanding proyeksi pemerintah via Menteri Keuangan Chatib Basri yakni 5,7 sampai 5,8 persen.

"Angka ini memang lebih rendah dari perkiraan saya," ujar Chatib kepada wartawan melalui pesan singkat, Senin (5/5). 

Berdasarkan data BPS, pertumbuhan ekonomi jika ditinjau dari sisi pengeluaran, konsumsi rumah tangga masih tumbuh 5,61 persen.  Sementara pembentukan modal tetap bruto (PMTB) juga tumbuh 5,13 persen. Demikian juga dengan pengeluaran pemerintah yang tumbuh 3,58 persen. 

Menurut Chatib, perlambatan pertumbuhan ini tak lepas dari kontraksi ekspor. BPS mencatat pertumbuhannya negatif 0,78 persen dibandingkan impor yang terkontraksi -0,66 persen.  "Sehingga pertumbuhan nominal PDB-nya lumayan melambat," kata Chatib.

Jika ditinjau dari sektornya, BPS mencatat seluruhnya mengalami pertumbuhan positif kecuali sektor pertambangan yang tumbuh negatif -0,03 persen. Sektor pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan bertumbuh 22,1 persen ditopang sektor pertanian seiring masa panen tiba. "Jadi, memang sumber penurunannya adalah ekspor, bukan investasi. Mudah-mudahan dengan perbaikan ekonomi AS, maka ekspor akan membaik," ujar Chatib. 

Pertumbuhan 5,21 persen melanjutkan tren perlambatan ekonomi negeri ini. Jika melihat pada data pertumbuhan triwulan I terhadap triwulan I tahun sebelumnya, terlihat perlambatan yang signifikan.Sebagai gambaran, pertumbuhan ekonomi triwulan I 2011 terhadap triwulan I 2010 sebesar 6,44 persen. Kemudian berturut-turut pada tahun-tahun berikutnya menjadi 6,33 persen (2012), 6,023 persen (2013) dan 5,21 persen (2014). 

Chatib menyebut perlambatan pertumbuhan adalah bagian dari strategi untuk mengatasi defisit transaksi berjalan. Berdasarkan Laporan Neraca Pembayaran Indonesia triwulan IV 2013 yang dirilis 14 Februari 2014, defisit transaksi berjalan menurun tajam menjadi 4 miliar dolar AS (1,98 PDB) dari sebelumnya 8,5 miliar dolar AS (3,85 persen PDB). "Namun, pertumbuhan diharapkan di atas 5,5 persen karena kita juga tidak ingin terlalu rendah," kata Chatib.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement