Ahad 27 Apr 2014 14:27 WIB

DPR Ingatkan Potensi Skandal Pembelian Satelit BRI

Satelit Komunikasi. Ilustrasi.
Foto: satnews.com
Satelit Komunikasi. Ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Anggota Komisi VI DPR Lili Asdjudiredja mengingatkan bahwa rencana PT Bank Rakyat Indonesia, Tbk (BRI) membeli orbit satelit berpotensi menjurus kepada terjadinya skandal keuangan dan perbankan.

Lili Asdjudiredja kepada pers di Jakarta, Ahad (27/4), minta Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) untuk mengawasi BRI dan semua pihak yang terkait aksi bisnis tersebut. Bukan tidak mungkin, kata Lili, terdapat unsur korupsi yang bisa merugikan keuangan negara mengingat BRI adalah bank pemerintah.

Dia menilai BRI tidak berkompeten mengelola bisnis satelit. Selain itu, aksi korporasi ini dilakukan menjelang akhir pemerintahan Kabinet Indonesia Bersatu Jilid II, yang berpotensi memunculkan kecurigaan politik. "DPR mencurigai ada sesuatu di balik aksi BRI membeli satelit. Jumlah uang yang besar, sekitar 250 juta dolar AS, bisa menjadi skandal keuangan di masa depan," kata Lili, anggota komisi DPR yang membidangi BUMN ini.

Menurut dia, sejumlah skandal keuangan sebelumnya terjadi ketika kebijakan penting diambil menjelang akhir pemerintahan. "Sebut saja kasus bailout Bank Century (Rp 6,7 triliun)," ujarnya menanggapi rencana BRI membeli orbit satelit.

Politisi senior Partai Golkar itu akan menginisiasi pemanggilan para pihak terkait dan BRI. "Kita akan masuk lagi dan mulai sidang 2 Mei. Kami akan agendakan pembahasan rapat soal BRI ini," kata Lili.

Lili menegaskan, kecurigaan DPR makin besar karena nilai pembelian orbit satelit yang besar dan ditempuh menjelang akhir kekuasaan pemerintahan. Bukan tidak mungkin ini terkait agenda tertentu. "Sebab itu, kami akan panggil BRI. Kami akan ingatkan bahwa ini bukan bidang BRI dan akan berbahaya di kemudian hari," katanya.

Kekhawatiran senada diungkapkan anggota Komisi VI lainnya, Hendrawan Supatikno dari PDIP. Dia juga mengatakan, Komisi VI terkejut mendengar rencana BRI membeli orbit satelit sebab bukan kompetensi BRI menangani bisnis satelit ini. Rencana membeli satelit terlalu berlebihan dibandingkan kebutuhan BRI.

"Tugas utama BRI adalah bagaimana menyelamatkan rakyat miskin. Mereka yang bergerak di sektor riil, UKM, dari lintah darat yang mememinjamkan modal dengan bungan sangat besar," ujarnya.

Hendrawan mengingatkan BRI untuk fokus pada bisnis perbankan dan menjalankan amanat rakyat untuk membantu masyarakat yang kesulitan meminjam modal dan terperangkap dalam lingkaran setan lindah darat. "Dari sisi kinerja bukan hanya keuangan yang memang untung tapi tugas suci membantu rakyat miskin itu, BRI masih lemah. Dengan fokus pada perbankan, maka kelemahan akan bisa diperbaiki," katanya.

"Tapi kalau masuk pada bisnis satelit dan nanti bisnis bidang lainnya, akan terpecah konsentrasinya," tambah Hendrawan.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement