REPUBLIKA.CO.ID, BANGKOK -- Toyota Motor Corp berencana memikirkan kembali rencana investasi 20 miliar baht atau 609 juta dolar AS di Thailand. Raksasa mobil Jepang itu bahkan berencana memotong jumlah produksinya jika kerusuhan politik di Negara Gajah Putih masih berkepanjangan.
"Investasi baru kami di Thaland tidak mungkin terwujud jika krisis politik saat ini berlangsung lebih lama," ujar Presiden Direktur Toyota Thailand, Kyoichi Tanada, dilansir dari Reuters, Selasa (21/1).
Toyota adalah produsen mobil terbesar di Thailand yang memproduksi 800 ribu unit kendaraan per tahun. Mereka berencana meningkatkan kapasitas produksi 200 ribu unit per tahun dalam tiga hingga empat tahun ke depan.
Untuk investor asing baru, kata Tanada, situasi politik bisa memaksa mereka mencari kesempatan di tempat lain. Bagi mereka yang sudah terlanjur berinvestasi seperti Toyota, maka perusahaan tidak akan pergi.
"Tapi, kami tidak tahu apakah kami akan berinvestasi (lebih lanjut) atau tidak. Kami tidak yakin," ujar Tanada.
Thailand adalah pasar mobil terbesar di Asia Tenggara dan merupakan basis regional ekspor bagi produsen mobil top dunia, termasuk Honda Motor Co dan Ford Motor Co.
Sementara itu, kondisi pengunjuk rasa di Thailand yang sudah berlangsung selama dua bulan terus berusaha menjatuhkan pemerintah Thailand. Mereka memaksa Perdana Menteri Thailand Yingluck Shinawatra untuk meletakan jabatan.