Rabu 08 Jan 2014 13:06 WIB

Blitz Megaplex Mau Lepas Saham ke Publik, Mau?

Rep: Friska Yolandha/ Red: Mansyur Faqih
Blitzmegaplex
Foto: Kaskus
Blitzmegaplex

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Graha Layar Prima berencana melepas sahamnya ke publik. Perusahaan dengan merek dagang Blitz Megaplex tersebut telah melakukan mini expose di hadapan jajaran direksi PT Bursa Efek Indonesia (BEI).

Direktur Utama Blitz Brata Perdana mengatakan, rencana ini dilakukan dalam rangka pengembangan perusahaan. Blitz berencana untuk menambah beberapa bioskop lagi tahun ini.

"Rencananya ada empat bioskop baru tahun ini," ujar Brata usai pemaparan model bisnis perusahaan di Gedung BEI, Rabu (9/1). Empat bioskop ini terdiri dari 20 layar.

Sampai akhir tahun lalu, Blitz Megaplex telah memiliki 10 bioskop dengan 90 layar. Penambahan empat bioskop baru diharapkan dapat menambah jumlah layar yang tersedia untuk pelanggan perseroan. Satu bioskop baru akan dibangun di Batam, Kepulauan Riau. "Sisanya belum dapat kami sebut lokasinya," kata Brata.

Brata menilai Indonesia masih kekurangan bioskop. Pada 2002 Indonesia hanya memiliki 230-240 layar. Padahal pada 1994 Indonesia memiliki lebih dari dua ribu layar. Selain itu, produksi film nasional juga terus meningkat sehingga prospek industri bioskop di Tanah Air sangat menjanjikan.

Ketika ditanya nilai investasi, Brata enggan menyebutkan. Ia mengatakan dana yang dipakai untuk membiayai pembangunan bioskop berasal dari kas internal.

Terkait rencana penawaran umum perdana saham, Brata mengatakan, perseroan belum tahu berapa saham yang akan dilepas ke publik. Karena perseroan menilai hal tersebut terlalu dini untuk dipaparkan. "Kalau kata orang Jawa, pamali," kata Brata.

Ia mengaku perseroan menggunakan buku laporan keuangan September 2013. Jika berjalan lancar, IPO dapat dilaksanakan maksimal pada kuartal I 2014. "Itu rencananya, tapi kami masih belum tahu karena ini masih sangat awal," ujar Brata.

Direktur Penilaian BEI Hoesen mengatakan, Blitz Megaplex mungkin bisa melantai pada Maret 2014, mengingat penggunaan buku laporan keuangan September 2013. Namun Hoesen menyerahkan keputusan kepada perusahaan terkait. "Untuk ekuitasnya mungkin di bawah Rp 500 miliar," ujar Hoesen.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement