Jumat 27 Dec 2013 05:55 WIB

Wall Street Kembali Ditutup di Rekor Tertinggi Baru

Breaking news di Wall Street tentang pengumuman bank sentral AS, The Fed, Kamis (19/9/2013) langsung direspon positif oleh pasar global.
Foto: AP PHOTO
Breaking news di Wall Street tentang pengumuman bank sentral AS, The Fed, Kamis (19/9/2013) langsung direspon positif oleh pasar global.

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Saham-saham di Wall Street melanjutkan perjalanan bergairah mereka tahun ini, ditutup pada rekor tertinggi baru pada Kamis (Jumat pagi WIB), menyusul laporan penurunan klaim pengangguran AS.

Indeks Dow Jones Industrial Average melonjak 122,33 poin (0,75 persen) menjadi berakhir pada 16.479,88, penutupan pada rekor tertinggi untuk sesi keenam berturut-turut.

Indeks S&P 500, ditutup pada rekor tertinggi untuk sesi keempat berturut-turut, bertambah 8,70 poin (0,47 persen) menjadi 1.842,02. Indeks komposit teknologi Nasdaq meningkat 11,76 poin (0,28 persen) menjadi 4.167,18.

Rekor terbaru terjadi setelah data Departemen Tenaga Kerja AS menunjukkan klaim pertama kali untuk tunjangan pengangguran jatuh menjadi 338.000 dari angka disesuaikan 380.000 minggu sebelumnya. Para analis telah memproyeksikan 350.000 klaim akan diajukan.

Berita ekonomi lainnya yang lebih baik dari perkiraan dalam beberapa hari terakhir telah meningkatkan kepercayaan terhadap prospek AS, setelah Federal Reserve pada 18 Desember mengumumkan akan mengurangi program pembelian obligasinya.

Imbal hasil pada obligasi pemerintah AS bertenor 10-tahun mencapai 3,0 persen pada Kamis pagi sebelum mundur kembali. Imbal hasil yang lebih tinggi kadang-kadang memperlemah antusiasme terhadap ekuitas, tetapi kenaikan baru-baru ini secara bertahap, kata Michael Gayed, kepala strategi investasi di Pension Partners.

"Jika Anda memiliki lonjakan imbal hasil, itu adalah negatif," kata Gayed.

"Tetapi karena imbal hasil naik secara bertahap meskipun The Fed mengurangi stimulusnya, itu berarti ada peningkatan rasa percaya diri bahwa pasar saham tidak membutuhkan lebih banyak stimulus Fed."

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement