REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketidakpastian global maupun domestik diprediksi masih akan tinggi di 2014. Meski begitu perekonomian global diharapkan akan sedikit lebih baik di tahun depan sehingga membawa angin segar bagi perekonomian Indonesia.
Ketua Komite Ekonomi Nasional (KEN) Chairul Tanjung mengatakan, Amerika Serikat masih dapat menimbulkan kejutan besar terhadap perekonomian global dengan kebijakan tapering maupun isu batas utang dan anggaran yang belum tuntas.
Eropa diprediksi belum akan tumbuh terlalu kuat, sementara Cina dan India masih akan tumbuh dengan laju relatif lambat. Dia mengatakan, isu tapering, isu batas utang dan isu shutdown telah menimbulkan gejolak di pasar finansial dunia. Akibatnya, modal pun segera keluar dari negara berkembang (emerging market).
Hampir seluruh mata uang negara berkembang mengalami pelemahan signifikan karena investor masih menganggap aset dalam bentuk dolar sebagai save heaven ketika ketidakpastian global meningkat sehingga rupiah pun ikun tertekan.
Negara-negara berkembang yang semula diharapkan dapat menggantikan negara maju sebagai mesin pertumbuhan dunia, ternyata justru mengalami perlambatan. Cina hanya tumbuh 7,6 persen di 2013, jauh lebih lambat dari yang biasanya. 10 persen. Sedangkan India hanya tumbuh 4,4 persen.
"Ini akan mengubah struktur ekspor kita karena terjadi penurunan permintaan dari harga komoditas. Ekspor akan terganggu karena ekspor kita mayoritas Sumber Daya Alam (SDA). Ini salah satu tantangan di 2014," ujarnya dalam seminar 'Prospek Ekonomi Indonesia 2014' Selasa (3/12).
Chairul menyebut Indonesia juga memiliki tantangan konsumsi domesik. Menurutnya peningkatan konsumsi saat ini tidak dikuti dengan kenaikan produksi. Untuk mengatasi defisit transaksi berjalan, Indonesia harus segera memperbaiki struktur industri dan ekonominya.
"Kita harus memperbaiki sisi suplai kita agar tidak harus mengimpor barang terlalu banyak ketika ekonomi kita tumbuh cepat," ucapnya. Di saat bersamaan, Indonesia harus menghindari perlambatan ekonomi yang terlalu dalam karena akan meningkatkan pengangguran dan kemiskinan yang akhirnya dapat mengganggu stabilitas ekonomi.