Selasa 26 Nov 2013 16:38 WIB

Pengusaha Minta Ekspor Kayu Log Dibuka

Rep: Meiliani Fauziah/ Red: Nidia Zuraya
Ekspor Kayu Indonesia - ilustrasi
Foto: antara
Ekspor Kayu Indonesia - ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indonesia bersiap ikut andil dalam ekspor kayu log. Langkah ini dianggap perlu agar bisnis pengusahaan hutan kembali bergairah. "Kami harap pemerintah membuka keran ekspor log secara selektif," ujar Ketua APHI bidang produksi hutan alam, David, Selasa (26/11).

Selain itu pengusaha juga masih dihadapkan pada harga log di dalam negeri jauh berbeda dengan pasar regional. Harga log kayu hutan alam saat ini hanya Rp 1,2 juta per meterkubik. Sementara harga di pasar regional bisa mencapai Rp 3 juta per meterkubik.

Ia pun melihat industri kehutanan bisa jauh berkembang bila mengandalkan penjualan produk kayu primer. Jadi sebaiknya pengusaha tidak dipaksa untuk menjual produk industri kayu sekunder yang harganya lebih rendah.

Anomali dikatakan terjadi di industri kehutanan. Produk industri kayu primer jauh lebih diminati karena memiliki nilai tambah. Untuk itu hilirisasi yang dilakukan pemerintah jangan sampai menjadi bumerang bagi sektor industri kehutanan.

Menteri Kehutanan (Menhut) Zulkifli Hasan menyatakan dukungan terhadap usulan APHI. Menhut melihat bisnis pengusahaan hutan dalam kondisi kritis. Hal ini salah satunya dilihat dari rendahnya realisasi produksi Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Produksi Kayu (IUPHHK) Hutan Alam.

Hingga September 2013, realisasi izin ini baru mencapai 1,9 juta meterkubik. Jumlah ini meleset jauh dari target sebesar 6,17 juta meterkubik. Artinya baru 30 persen izin yang terealsasi.

Menhut mengatakan bersedia melakukan serangkaian upaya agar realisasi ini bisa lebih maksimal. Pengusaha bisa memberikan masukan mengenai dukungan apa saja yang seharusnya diberikan pemerintah. "Apakah itu soal pungutan, proses perizinan atau ekspor kayu log," ujarnya.

Dirjen Bina Usaha Kehutanan Bambang Hendroyono mengatakan pembukaan ekspor kayu log bisa dilakukan sepanjang untuk kepentingan bersama. Selain itu ia melihat diperlukan pembenahan bisnis pengusahaan hutan mulai dari hulu ke hilir.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement