Rabu 02 Jul 2025 18:29 WIB

Proyek Hilirisasi ANTAM Dorong Ekonomi Maluku Utara

Serapan tenaga kerja diperkirakan mencapai 8.000 orang.

Logo PT ANTAM Tbk
Foto: Facebook PT ANTAM Tbk
Logo PT ANTAM Tbk

REPUBLIKA.CO.ID, HALMAHERA — Proyek Industri Baterai EV Terintegrasi di Halmahera Timur dinilai sebagai katalisator pertumbuhan ekonomi kawasan. Gubernur Maluku Utara, Sherly Tjoanda Laos, menegaskan dukungan penuh pemerintah daerah terhadap agenda hilirisasi mineral yang menjadi prioritas Presiden RI Prabowo Subianto.

Dalam acara peletakan batu pertama (groundbreaking) pabrik baterai di Tanjung Buli, Halmahera Timur, Sherly menyatakan bahwa pemanfaatan sumber daya alam lewat hilirisasi bertujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat Indonesia.

Baca Juga

“Kami sangat mengapresiasi niat besar pemerintah pusat untuk mendorong pertumbuhan ekonomi di kawasan timur Indonesia, termasuk Maluku Utara,” ujar Sherly dalam siaran pers yang diterima Republika, Rabu (2/7/2025).

Ia juga menyampaikan bahwa masyarakat adat mendukung penuh proyek ini. Sedikitnya 11 suku di Maluku Utara disebut telah menyatakan kesiapan untuk berkontribusi dalam pembangunan daerah.

“Karena masa depan bukan semata-mata soal teknologi yang canggih, tapi juga tentang hati yang peduli, tangan yang bekerja, dan komitmen kita untuk memastikan bahwa semua daerah dan semua masyarakat ikut maju bersama,” tegas Sherly.

Menurutnya, kehadiran ANTAM bersama mitra strategis mencerminkan peran negara dalam menghadirkan pembangunan berkeadilan. Dukungan pemerintah pusat, daerah, dan DPR RI menjadi landasan kuat bagi keberhasilan proyek ini dalam membuka akses ekonomi baru dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat.

Direktur Utama PT Aneka Tambang Tbk (ANTAM), Achmad Ardianto, menegaskan komitmen ANTAM dalam mendukung pertumbuhan ekonomi lokal. ANTAM disebut akan bekerja sama dengan berbagai pemangku kepentingan untuk memastikan proyek berjalan inklusif dan memberikan dampak nyata.

Di Halmahera Timur, proyek ini mencakup pertambangan, pembangunan kawasan industri, serta fasilitas produksi baterai. Rinciannya, pabrik bahan baku baterai dengan kapasitas 30.000 ton katoda per tahun, fasilitas pirometalurgi dengan kapasitas 88.000 ton refined nickel alloy, serta pabrik daur ulang baterai berkapasitas 20.000 ton logam per tahun dengan pendekatan ekonomi sirkular.

Proyek strategis ini bukan hanya soal industrialisasi logam baterai, tetapi juga menjadi simbol kebangkitan ekonomi Indonesia Timur. Serapan tenaga kerja diperkirakan mencapai 8.000 orang, disertai pelatihan dan peningkatan kapasitas SDM lokal secara bertahap.

“Kami menyadari bahwa keberhasilan hilirisasi di Maluku Utara sangat bergantung pada dukungan infrastruktur yang memadai. Pembangunan ekosistem baterai ini bukan hanya proyek industri, tetapi juga momentum transformasi kawasan timur Indonesia,” kata Ardianto.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement