REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dunia dikejutkan dengan serangan Israel terhadap sejumlah fasilitas nuklir Iran. Israel menilai pengembangan nuklir Iran akan mengancam eksistensi Israel.
Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA) memperkirakan cadangan uranium Iran hingga 8 Februari 2025 mengandung 7.464,0 kg uranium dalam bentuk uranium heksafluorida (UF6), 274,8 kg di antaranya diperkaya hingga level 60 persen dengan isotop U-235 yang dapat terfisi, 606,8 kg di antaranya diperkaya hingga level 20 persen U-235, dan 3.655,4 kg di antaranya diperkaya hingga level lima persen U-235. Isotop U-235 membentuk sekitar 0,7 persen uranium alami; konsentrasinya dapat ditingkatkan, atau diperkaya, menggunakan sentrifus.
Kendati begitu, IAEA juga telah menghubungi otoritas keselamatan nuklir Iran untuk memastikan status fasilitas nuklir terkait dan menilai dampak yang lebih luas terhadap keselamatan dan keamanan nuklir.
"Saat ini, otoritas Iran yang berwenang telah mengonfirmasi lokasi pengayaan Natanz telah terdampak dan tidak ada peningkatan tingkat radiasi. Mereka juga telah melaporkan saat ini lokasi Esfahan dan Fordow belum terdampak," ujar Direktur Jenderal IAEA Rafael Mariano Grossi dalam laman IAEA yang dilansir Republika di Jakarta, Senin (16/6/2025).
Rafael menyayangkan serangan Israel tersebut. Rafael menegaskan fasilitas nuklir tidak boleh diserang, terlepas dari konteks atau keadaannya, karena dapat membahayakan manusia dan lingkungan.
"Serangan semacam itu memiliki implikasi serius terhadap keselamatan, keamanan, dan perlindungan nuklir, serta perdamaian dan keamanan regional dan internasional," ucap Rafael.
Dalam hal ini, IAEA mengacu pada sejumlah resolusi Konferensi Umum mengenai topik serangan militer terhadap fasilitas nuklir, khususnya GC(XXIX)/RES/444 dan GC(XXXIV)/RES/533, yang antara lain menyatakan “setiap serangan bersenjata dan ancaman terhadap fasilitas nuklir yang ditujukan untuk tujuan damai merupakan pelanggaran terhadap prinsip-prinsip Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa, hukum internasional, dan Statuta Badan tersebut”.
Rafael mengimbau semua pihak menahan diri secara maksimal guna menghindari eskalasi lebih lanjut. Rafael menilai setiap tindakan militer yang membahayakan keselamatan dan keamanan fasilitas nuklir berisiko menimbulkan konsekuensi serius bagi rakyat Iran, kawasan dan sekitarnya.
"IAEA terus memantau situasi dengan saksama, siap memberikan bantuan teknis, dan tetap berkomitmen pada mandat keselamatan, keamanan, dan perlindungan nuklirnya dalam segala situasi," kata Rafael.
Selain aspek pertahanan, menarik untuk melihat lebih dalam mengenai kekuatan ekonomi kedua negara.
