Jumat 04 Oct 2013 11:35 WIB

Hari Ketiga 'Shutdown', Wall Street Alami Kerugian Besar

Penanda Wall Street, New York, Amerika Serikat.
Foto: blog.doostang.com
Penanda Wall Street, New York, Amerika Serikat.

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Wall Street mengalami kerugian besar pada Kamis (3/10) atau Jumat (4/10) pagi WIB ketika penutupan sementara sebagian kegiatan (shutdown) pemerintah AS memasuki hari ketiga dan meningkatnya kekhawatiran bahwa pertempuran anggaran bisa meningkat menjadi gagal bayar utang. Indeks Dow Jones Industrial Average turun 136,66 poin (0,90 persen) menjadi berakhir pada 14.996,48. Indeks berbasis luas S&P 500 turun 15,21 poin (0,90 persen) menjadi 1.678,66, sedangkan indeks komposit teknologi Nasdaq jatuh 40,68 poin (1,07 persen) menjadi 3.774,34.

Sementara shutdown telah memicu kegelisahan, para analis umumnya menyatakan kekhawatiran lebih dalam tentang tenggat waktu 17 Oktober untuk menaikkan plafon utang AS. Ketua Dana Moneter Internasional (IMF) Christine Lagarde memperingatkan bahwa kegagalan AS untuk menaikkan plafon bisa mendatangkan malapetaka pada ekonomi global, sementara Departemen Keuangan AS mengatakan default atau gagal bayar bisa memiliki efek 'bencana' pada ekonomi.

"Komentar-komentar kemungkinan mengangkat kecemasan beberapa investor," kata Jack Ablin, kepala investasi dari BMO Private Bank. Ablin juga mengutip data 'agak mengecewakan' dari Institute for Supply Management (ISM). Data ISM untuk aktivitas non-manufaktur jatuh menjadi 54,4 persen pada September, turun 4,2 poin dari Agustus.

Beberapa kerugian terbesar berasal dari saham perusahaan-perusahaan industri, termasuk Boeing turun 2,2 persen, serta Chevron dan DuPont, keduanya turun 2,1 persen. Sementara saham United Technologies turun 1,2 persen setelah kontraktor pertahanan itu memperingatkan bahwa pihaknya bisa terpaksa merumahkan ribuan pekerjanya secepat pada pekan depan karena penutupan sebagian kegiatan pemerintah federal.

Perusahaan mobil listrik Tesla turun 4,2 persen setelah sebuah video internet kebakaran pada salah satu kendaraannya beredar, memicu kekhawatiran tentang keamanan mobil tersebut. Raksasa farmasi Eli Lilly jatuh 3,4 persen setelah perusahaan mengatakan akan kembali ke pertumbuhan pendapatan dan memperluas marginnya setelah 2014. Pada sebuah presentasi investor, perusahaan menegaskan kembali acuan keuangan jangka pendeknya dan menjanjikan pembelian kembali saham tambahan lima miliar dolar AS dari waktu ke waktu.

Imbal hasil pada obligasi pemerintah AS bertenor 10-tahun turun menjadi 2,61 persen dari 2,63 persen pada Rabu, sementara pada obligasi 30-tahun tetap stabil di 3,71 persen. Harga dan imbal hasil obligasi bergerak terbalik.

sumber : Antara/AFP
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement