Jumat 27 Sep 2013 14:22 WIB

Ekonomi Bergejolak, Imbal Hasil Investasi Asuransi Jiwa Melonjak

Rep: Satya Festiani/ Red: Nidia Zuraya
Asuransi jiwa, ilustrasi
Asuransi jiwa, ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Imbal hasil investasi (yield) perusahaan asuransi jiwa pada kuartal II-2013 meningkat 78,37 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp 6,85 triliun. Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) mencatat yield perusahaan asuransi jiwa yang terdiri dari 45 perusahaan mencapai Rp 12,23 triliun.

Sementara itu, investasi industri asuransi jiwa nasional mencapai Rp 245,17 triliun atau tumbuh 17,74 persen dari periode yang sama tahun sebelumnya yang sebesar Rp 6,85 triliun. "Hal ini terjadi di tengah bayang-bayang gejolak ekonomi global, namun kinerja positif pasar modal Indonesia masih bisa dipertahankan sehingga menjadi salah satu pilihan investasi utama dari para investor lokal, regional dan global," ujar Ketua Umum AAJI, Hendrisman Rahim, dalam Konferensi Pers Kinerja Industri Asuransi Jiwa Q2 2013 di The Plaza, Jakarta, Jumat (27/9).

Dari total hasil investasi, reksadana berada di urutan teratas dengan total sebesar Rp 73,61 triliun, diikuti portofolio saham sebesar Rp 70,17 triliun, juga portofolio lainnya. Padahal, di periode sebelumnya, saham selalu menjadi tujuan investasi nasabah asuransi.

Pertumbuhan tersebut mendorong peningkatan signifikan atas jumlah aset industri menjadi Rp 281,2 triliun atau naik 37,65 persen dibandingkan tahun sebelumnya yang mencatat aset sebesar Rp 204,28 triliun. "Total aset yang tumbuh 37,65 persen menunjukkan kekuatan asuransi jiwa dalam membayarkan kewajiban kepada nasabahnya. Pertumbuhan aset ini juga menunjukkan bahwa tingkat atau rasio solvabilitas Asuransi Jiwa cukup baik," kata dia.

Hingga akhir tahun, hasil investasi diperkirakan akan mengulang kesuksesan 2012 dengan pertumbuhan sebesar 63,48 persen. Sementara nilai investasi atau dana kelolaan diperkirakan tumbuh di kisaran 17-20 persen.

Hendrisman mengatakan sejumlah perusahaan asuransi jiwa mengaku telah memenuhi target imbal hasil investasi full years pada kuartal pertama 2013. Saat itu indeks harga saham gabungan sempat menyentuh level 5.000, tertinggi dalam sejarah pasar modal, yang pada akhirnya terjun bebas ke level 4.300. "Menurut kami itu hanya sementara. Di kuartal empat nanti kami yakin hasilnya baik," ujar dia.

Dia juga menjelaskan bahwa industri asuransi sangat peka dengan kondisi pasar. Ketika pasar saham bergejolak, sebagian besar portofolio investasinya dialihkan ke reksadana. "Ke depan memang reksadana akan jadi primadona. Ini sudah terlihat di kuartal kedua tahun ini," katanya.

Direktur Eksekutif AAJI, Benny Waworutu, mengatakan, pertumbuhan hasil investasi yang mendekati level 80 persen disebabkan oleh pertumbuhan premi unit link baik dari premi bisnis baru maupun premi lanjutan. "Karena dari produk unit link itu ada pendapatan yang masuk ke premi dan juga ke hasil investasi. Mungkin itu yang mendorong peningkatan hasil investasi," ungkap Benny.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement