REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Bank Syariah Mandiri (BSM) mengharapkan agar pembiayaan rumah pertama tidak dimasukkan dalam golongan konsumtif. Sehingga BSM masih bisa mengakomodasi kebutuhan kepemilikan rumah.
Direktur BSM, Hanawijaya mengemukakan hal tersebut pada peresmian Consumer Financing Business Center (CFBC) Yogyakarta, Kamis (27/6). CFBC Yogyakarta merupakan outlet ke 10 dan secara keseluruhan BSM memiliki 10 CFBC, enam Consumer Financing Business Office (CFBO), dan tiga Dedicated Consumer Admin (DCA).
Dijelaskan Hanawijaya, pengeluaran untuk rumah pertama tidak masuk kebutuhan konsumtif karena pengeluaran ini merupakan kebutuhan primer. "Pengeluaran untuk rumah masuk pengeluaran, makan, sandang dan papan," kata Hana.
Dalam aturan perbankan, lanjut Hana, portofolio konsumer perbankan syariah sudah cukup besar kalau pengeluaran rumah masuk konsumtif. Namu jika pengeluaran tersebut dikeluarkan maka perbankan syariah masih mempunyai kesempatan untuk mengembangkannya.
Sektor perumahan menjadi bidikan perbankan syariah karena pertumbuhkan kalangan menengah baru cukup menjanjikan. "Ada sekitar 6-7 juta kelas menengah muda dan Muslim yang membutuhkan rumah," katanya.
Jika peraturan perbankan tidak diubah, kata Hana, perbankan syariah tidak bisa optimal dalam membeayai kebutuhan rumah secara syariah. "Saya mengharapkan untuk rumah pertama," ujarnya.
Namun ketika ditanya bagaimana bukti rumah pertama, Hana, mengatakan dengan pernyataan nasabah dan Informasi Debitur Bank Indonesia (IDBI). "Dari IDBI dapat diperoleh informasi apakah nasabah sudah pernah pendapatkan pembiayaan perumahan dari sebuah bank. Kalau di IDBI belum pernah, ya, kita beri," katanya.