Jumat 21 Jun 2013 15:59 WIB

Lonjakan Biaya Produksi Komoditas Pangan Pukul Petani

Rep: Meiliani Fauziah/ Red: Nidia Zuraya
Petani
Foto: antara
Petani

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tingginya biaya produksi mulai dirasakan petani. Anomali cuaca dan isu kenaikan bahan bakar minyak membuat  harga sejumlah komoditas melonjak. "Naiknya bisa sampai 30 persen," ujar petani kentang di dataran tinggi Dieng, Mudasir, Jumat (21/6).

Di daerah Dieng misalnya, panjangnya jarak tempuh dari membuat petani harus mengeluarkan dana lebih. Biaya transportasi untuk mengangkut kentang  mengalami kenaikan lebih dari Rp 3000 per karung. Jarak tempuh yang jauh juga disebabkan oleh ditutupnya beberapa akses jalan karena sedang dibangun.

Tanah yang basah pun  menyebabkan petani enggan melakukan penanaman karena resiko besar. Biaya untuk membeli pestisida juga harus  ditambah hingga 30 persen agar tanaman kuat mengahdapi kemarau basah. Dalam kondisi normal, bulan Mei dan Juni merupakan waktu ideal untuk mulai menanam. Belum dipastikan berapa jumlah kerugian yang diderita petani akibat faktor cuaca.

Saat ini kentang ditingkat petani dihargai Rp 6.500 per kilogram (kg) hingga Rp 6.500 per kg. Satu hektare (ha) lahan biasanya mampu menghasilkan sekitar 12 hingga 15 ton kentang. Kini, produksi kentang pada 1 ha lahan hanya sekitar 10 hingga 11 ton.

Selain kentang, produksi bawang merah juga menurun akibat anomali cuaca. Iklim basah membuat lahan diserbu Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) bertubi-tubi. Satu ha lahan yang normalnya menghasilkan 15 ton bawang merah, kini hanya mampu memproduksi sekitar 8 ton bawang merah.

Ketua Asosiasi Bawang Merah Indonesia (ABMI) Asmawi Isa mengatakan petani harus mengeluarkan dana yang sangat besar untuk memberantas hama. Untuk satu ha lahan, petani normalnya biaya obat-obatan sekitar Rp 20 juta. Kini minimal Rp 35 juta harus dikeluarkan untuk satu ha lahan. "Ongkos pemeliharaannya mahal, kualitas bawangnya juga kurang bagus," katanya.

Satu kg bawang merah bermutu baik dihargai Rp 20 ribu hingga Rp 23 ribu per kg. Sedangkan bawang merah minim mutu dihargai Rp 12 ribu hingga Rp 15 ribu per kg. Ismawi mengatakan masih banyak petani kecil yang memilih melakukan penanaman daripada menanggur menunggu cuaca yang lebih baik.

Harga bawang di tingkat petani masih stabil, beda dengan tren kenaikan harga di tingkat konsumen. Di pasar menurutnya harga bawang merah sudah membengkak menjadi tiga kali lipat. Pemerintah pun dihimbau agar membantu menstabilkan harga mengingat sebentar lagi datang bulan Ramdahan. "Tapi bukan dengan jalan impor," tegasnya.

Menteri Perdagangan (Mendag) Gita Wirjawan mengatakan produksi kentang harus dipantau ketat. Kemarau basah menyebabkan produksi merosot termasuk di sentra kentang seperti Dieng. "Semestinya pasokan dalam negeri cukup, tapi di Dieng dan tempat-tempar lain agak basah. Nah ini yang harus diantisipasi," ujarnya ditemui di Kemendag, Jumat (21/6).

Namun pihaknya memastikan belum berencana membuka keran impor kembali untuk komoditas apapun. Ia pun belum memastikan terjadi kenaikan harga di tingkat konsumen. Kenaikan harga menurutnya akan terjadi apabila distribusi dan pasokan mengalami kekurangan. Untuk saat ini, pengusaha berkomitmen bahwa pasokan domestik cukup untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement