Senin 28 Jul 2025 07:59 WIB

Mau Dibawa Kemana Bonus Demografi Indonesia?

Saat ini, satu orang produktif mesti menanggung beban lima hingga enam orang lainnya.

Rep: Rizky Surya/ Red: Lida Puspaningtyas
Sejumlah orang mengikuti kegiatan Silent Reading Session atau membaca senyap di Taman Langsat, Jakarta, Ahad (27/7/2025). Kegiatan ini digagas oleh Baca Bareng SBC (Silent Book Club Jakarta), sebuah gerakan literasi yang mempromosikan membaca sebagai bentuk hiburan yang menyenangkan. Kegiatan yang diikuti oleh ratusan peserta ini  berupa sesi membaca senyap selama 60 menit di ruang publik. Kegiatan ini diadakan sebulan sekali dan terbuka untuk siapa saja yang ingin bergabung dan menikmati waktu membaca bersama.
Foto: Republika/Prayogi
Sejumlah orang mengikuti kegiatan Silent Reading Session atau membaca senyap di Taman Langsat, Jakarta, Ahad (27/7/2025). Kegiatan ini digagas oleh Baca Bareng SBC (Silent Book Club Jakarta), sebuah gerakan literasi yang mempromosikan membaca sebagai bentuk hiburan yang menyenangkan. Kegiatan yang diikuti oleh ratusan peserta ini berupa sesi membaca senyap selama 60 menit di ruang publik. Kegiatan ini diadakan sebulan sekali dan terbuka untuk siapa saja yang ingin bergabung dan menikmati waktu membaca bersama.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bila bonus demografi Indonesia bisa dikapitalisasi sampai 70 persen, maka Indonesia bisa sejahtera. Kapasitas produksi bisa meningkat dengan tetap mempertahankan tingkat konsumsi yang semakin mendukung pertumbuhan ekonomi.

Tapi, sudahkah kita menuju ke sana?

Baca Juga

Kementerian Kependudukan dan Pembangunan Keluarga (Kemendukbangga)/BKKBN bersama DPR-RI memiliki keinginan untuk merevisi UU Nomor 52 tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga. Revisi ini dinilai strategis guna memasukan kapitalisasi bonus demografi.

"Negara didirikan untuk menciptakan kesejahteraan bagi warga. Negara didirikan untuk hadir, melayani rakyat. Untuk itu, bonus demografi menjadi potensi dalam suatu bangsa," kata Sekretaris Kemendukbangga/Sekretaris Utama BKKBN Prof Budi Setyono dalam kegiatan Orientasi di Semarang pada Sabtu (26/7/2025).

Berdasarkan Badan Pusat Statistik (BPS) dalam data proyeksi penduduk 2020-2045, saat ini Indonesia sudah memasuki puncak bonus demografi. Setelah itu, secara perlahan jendela peluang itu menutup dan pada 2042 dependency ratio akan kembali ke angka 50 persen.

"Setelah 2045, Indonesia akan masuk pada klasifikasi penduduk tua (aging population) yang berdampak besar pada perekonomian," ujar Budi.

Budi menjelaskan, 20 tahun mendatang jumlah lansia akan mendominasi. Tahun 2024, jumlah lansia 12 persen dari jumlah penduduk, sementara pendudukan usia produktif sebesar 67,9 persen. Artinya, rasio penduduk lansia dan usia produktif berbanding 1:5,6.

"Berarti satu lansia menjadi tanggungan 5-6 penduduk usia produktif," ujar Budi.

Di tahun 2045, jumlah lansia naik menjadi 20,3 persen dan usia produktif 69,3 persen. Rasionya menjadi 1:3,2. Artinya, satu lansia akan menjadi tanggungan 3-4 penduduk.

Sementara itu, Deputi Bidang Pengendalian Penduduk Kemendukbangga/BKKBN Bonivasius Prasetya Ichtiarto mengatakan bonus demografi tak hanya terkait dengan kondisi perekonomian Indonesia ke depan. Bonus demografi juga bisa punya kaitan dengan dampak lain.

"Ini bisa menjadi bencana juga, karena bonus demografi ini 'once in a lifetime',” ujar Boni. 

sumber : ANTARA
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement