Rabu 12 Jun 2013 11:24 WIB

Bursa Saham Anjlok, BUMN Diminta Lakukan Antisipasi

Kantor Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta.
Foto: Republika/Wihdan Hidayat
Kantor Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri BUMN Dahlan Iskan meminta direksi perusahaan milik negara yang sahamnya anjlok di Bursa Efek Indonesia (BEI) untuk mengantasipasi penurunan lebih lanjut dengan mencari terobosan.

"Seluruh pasar saham dunia sedang turun. Tapi untuk mengantisipasi dampak yang lebih lanjut saya sudah meminta direksi BUMN untuk mengatasinya," kata Dahlan, usai berpidato pada diklat dan pembekalan kepada calon pensiunan TNI AD, di Jakarta, Rabu (12/6).

Menurut Dahlan, penurunan harga saham di BEI sesungguhnya tidak hanya dialami oleh BUMN Publik, namun juga seluruh saham. "Penurunan itu lebih dipengaruhi faktor global, seperti persoalan ekonomi dan politik yang dialami Amerika Serikat," ujarnya.

Meski begitu ia mengakui, untuk mengatasi dampak penurunan pasar saham tersebut tidak bisa diatasi sendiri oleh BUMN, tapi harus bersama-sama dengan pemangku kepentingan terkait pasar modal.

Pada perdagangan Selasa (11/6), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di BEI ditutup pada level 4.609 poin, terjun bebas jika dibandingkan dengan indeks 5.214 poin pada 20 Mei 2013. Tercatat 10 BUMN yang sahamnya terkoreksi tajam yaitu, PT Bukit Asam Tbk ditutup Rp 11,850 per lembar, turun 23,79 persen dari sebelumnya Rp 15.550 per lembar.

Saham PT Telkom turun 18,70 persen menjadi Rp 10.000 dari sebelumnya Rp 12.300 per lembar, saham PT Semen Indonesia Tbk anjlok 18,18 persen menjadi Rp18.700, saham PT Bank BRI merosot 16,93 persen menjadi RP 9.450, PT Bank BNI ditutup pada level Rp 5.400 anjlok 16,67 persen.

Selanjutnya saham PT Bank Mandiri merosot 14,9 persen menjadi Rp 10.400, PT Garuda Indonesia turun 13,56 persen menjadi Rp 590, PT Aneka Tmabang turun 13,53 persen menjadi Rp1.330, PT Jasa Marga turun 23,04 menjadi Rp 6.900, dan PT Timah terkoreksi 12,21 persen menjadi Rp 1.310 per lembar.

Menurut Dahlan, penurunan yang mencapai puncak pada perdagangan Selasa (20/6) tersebut sudah menjadi perhatian para direksi BUMN yang bersangkutan untuk mencari cara mengatasi penurunan itu. "BUMN publik tidak sendiri, tetapi juga berkoordinasi dengan regulator pasar modal," ucapnya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement