Selasa 16 Apr 2013 09:42 WIB

Menteri ESDM Akui Kebijakan Dua Harga tak Maksimal Tekan Subsidi

Rep: Sefti Oktarianisa/ Red: Nidia Zuraya
BBM Bersubsidi (ilustrasi)
Foto: Republika/Wihdan
BBM Bersubsidi (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Jero Wacik mengakui konsep dua harga BBM bersubsidi tak akan maksimal menekan subsidi. Ia berujar menaikkan seluruh harga BBM bersubsidi memang menjadi cara paling efektif untuk menekan konsumsi BBM.

"Kalau dinaikkan harganya memang menjadi keekonomian, sehingga penghematannya banyak," tegasnya sebelum Rapat Koordinasi Kebijakan BBM dengan Gubernur Seluruh Indonesia di Kantor Kementerian Dalam Negeri, Selasa (16/4). Tapi, ungkap Jero, pemerintah harus realistis karena ini bisa menyebabkan kegusaran di masyarakat.

Apalagi, kata dia, rakyat tak menyukai kebijakan tersebut. Sehingga, konsep dua harga BBM bersubsidi akhirnya dipilih untuk menekan subsidi yang dianggarkan.

Sebelumnya,  adan Pengatur Kegiatan Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas) optimis penerapan dua harga BBM bersubsidi bisa menghemat anggaran hingga triliunan rupiah. "Di kuartal pertama penerapan, sekitar tiga bulan, bisa hemat Rp 30 triliun," kata Direktur BBM BPH Migas Djoko Siwanto.

SPBU khusus untuk BBM bersubsidi dengan harga Rp 4.500 per liter dan BBM bersubsidi dengan harga di atas Rp 4.500 bakal dibuat. Bila SPBU hanya memiliki satu dispenser berarti dispenser itu akan terdiri dari BBM bersubsidi Rp 4.500, namun bila dua dispenser berarti satu SPBU akan bisa menjual BBM bersubsidi Rp 4.500 dan di atas Rp 4.500 per liter.

Soal proporsi, ia pun menjamin BBM bersubsidi Rp 4.500 akan lebih diperbanyak. Nanti akan ada tanda khusus yang membedakan harga BBM bersubsidi yang dijual.

"Nanti juga kita akan pakai metode lock book untuk mencatat pengguna BBM harian," tegasnya. Skema ini merupakan pencatatan secara manual berapa BBM bersubsidi yang sebetulnya dibutuhkan per kendaraan per hari.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement