Kamis 14 Mar 2013 15:53 WIB

Ini Penyebab Realisasi Investasi di Indonesia Tinggi

Rep: Muhammad Iqbal/ Red: Nidia Zuraya
Investasi (ilustrasi)
Foto: ANTARA/Widodo S. Jusuf
Investasi (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tingginya realisasi investasi di Tanah Air pada 2012 silam tak lepas dari kebijakan yang tepat dan keberuntungan (good policy and good luck).  Demikian disampaikan oleh Deputi Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Bidang Promosi Investasi Himawan Djojokusumo dalam sebuah diskusi di kantor Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Kamis (14/3).

Menurut Himawan, kebijakan ekonomi makro terbukti dapat mendorong investor, khususnya investor asing berinvestasi di Indonesia. Sedangkan keberuntungan yang dimaksud adalah kondisi perekonomian global yang tidak menentu.  Akibatnya, para investor memilih negara yang solid dari sisi perekonomian, salah satunya adalah Indonesia.

"Jadi, keberuntungan di sini terkait dengan kondisi ekonomi global," kata Himawan. 

Lebih lanjut, Himawan mengatakan terdapat sejumlah tantangan yang harus dihadapi demi mewujudkan target realisasi investasi pada 2013.  Tantangan tersebut antara lain buruknya infrastruktur, maraknya korupsi serta tata kelola pemerintahan yang belum efisien.

Berdasarkan data BKPM, realisasi investasi sepanjang 2012 mencapai Rp 313,2 triliun.  Realisasi ini melebihi target yang ditetapkan yaitu Rp 283,5 triliun.  Rinciannya adalah realisasi Penanaman Modal Dalam Negeri sebesar Rp 92,2 triliun atau melebihi target Rp 76,7 triliun. 

Sedangkan realisasi Penanaman Modal Asing (PMA) menyentuh Rp 221 triliun atau lebih tinggi dari target Rp 206 triliun.  Untuk 2013, realisasi investasi ditargetkan Rp 390 triliun.

Staf Khusus Presiden untuk Pengentasan Kemiskinan HS Dillon menambahkan, pencapaian apik perekonomian Indonesia secara keseluruhan tidak hanya karena faktor good policy and good luck.  Masyarakat, khususnya pelaku bisnis, bekerja keras untuk melahirkan bisnis yang stabil.  "Pelaku bisnis melakukannya dengan baik," ujar Dillon.  

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement