Senin 17 Jun 2013 16:25 WIB

Pilpres 2014 Ancam Investasi

Rep: Qommarria Rostanti/ Red: Nidia Zuraya
Investasi (ilustrasi)
Foto: Reuters/Leonhard Foeger
Investasi (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Kondisi politik menjelang 2014 mengancam iklim investasi di Indonesia. Tahun ini para investor akan menunda investasi mereka hingga Pemilihan Umum Presiden selesai.

Ketua Umum Dewan Pembina Nasional (DPN) Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo), Sofjan Wanandi mengindikasikan investasi di tanah air menurun karena pengaruh situasi politik. Para investor khawatir kondisi politik mengganggu kegiatan bisnis mereka.

“Kalaupun investor sudah meminta izin, tetap saja investasinya tidak dilakukan sekarang,” ucapnya saat ditemui di Kantor APINDO, Jakarta, Senin (17/6). Namun untuk investasi yang telah disetujui satu atau dua tahun lalu, akan terus berjalan. 

Sofjan menyesalkan kebijakan yang menyulitkan investor, misalnya masalah pertanahan dan harga-harga turun, apalagi dengan adanya ketidakpastian harga BBM. Investor yang paling banyak keluar berasal dari pasar modal. “Sudah keluar ratusan  juta dolar AS dalam minggu terakhir,” ujarnya.

Pemerintah harus segera menyelesaikan kondisin yang ada. Pasalnya jika kebijakan makro sudah terganggu, maka kegiatan investasipun sulit berkembang. “Kalau tidak segera diselesaikan, bagaimana pemerintah mau membangun infrstruktur. Efek sampingnya adalah kegiatan ekonomi akan terus menurun,” ucapnya.

Tidak hanya Penanaman Modal Asing (PMA), bahkan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) pun akan menurun. “Tidak ada bidang investasi dalam negeri yang membaik,” kata Sofjan.  Beberapa sektor investasi yang sempat menjadi primadona seperti semen dan kendaraan bermotor pun terpuruk. 

Terkait wacana kenaikan harga BBM, Sofjan menyebut hal itu sudah hangat dibicarakan sejak dua tahun lalu, bahkan harga barang-barang pun sudah dinaikkan. Dia khawatir wacana kenaikan harga BBM kali ini justru akan menimbulkan spekulasi. “Nanti malah dibuat spekulasi , harga yang tidak naik malah dinaik-naikan,” ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement