Selasa 15 Jan 2013 21:11 WIB

Perusahaan Merah Putih Melenggang ke Panggung Internasional

Rep: Mutia Ramadhani / Red: Citra Listya Rini
Sinarmas
Sinarmas

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Skala ekonomi negara berkembang berhasil melampaui negara maju untuk pertama kalinya tahun ini. Cina menjadi pendorong utama, diikuti Brasil, India, Rusia dan Indonesia. Meksiko, Pakistan, dan Turki juga berkembang cepat dan mengikuti dari belakang.

Pendapatan domestik bruto negara berkembang cenderung mengambil porsi setengah dari output ekonomi dunia tahun ini. Artinya, negara maju di Barat hanya memberi kontribusi kurang dari setengahnya. Fenomena ini belum pernah terjadi sebelumnya dalam 100 tahun terakhir.

Boston Consulting Group mengidentifikasi 100 perusahaan dari 17 negara berkembang yang membantu mendorong perekonomian dunia tahun ini. Mereka membentuk kembali industri global dan menjadi cahaya baru di  tengah menjamurnya perusahaan multinasional dari Amerika dan Eropa. 

Tiga perusahaan merah putih juga ikut melenggang ke panggung internasional. Mereka adalah Golden Agri-Resources yang merupakan Grup Sinarmas, Grup Wilmar, dan Grup Indofood.

Penulis laporan Boston Consulting Group, David Michael, mengatakan perusahaan negara maju di Barat 'kecolongan' dan sama sekali tak menyangka ternyata banyak perusahaan penantang mereka di negara-negara berkembang. 

"Ini sebagai alarm yang seharusnya bisa membangunkan pemimpin-pemimpin bisnis barat," kata Michael, dikutip dari BBC, Selasa (15/1). 

Perusahaan-perusahaan penantang dari negara berkembang ini bahkan hanya membutuhkan waktu satu dekade saja untuk mengglobal. Ini didorong ambisi mereka yang sangat kuat.

Selain dari Indonesia, ada juga dua perusahaan dari Cile, yaitu Falabella dan Latam Airlines Group. Dua perusahaan dari Mesir dan Argentina yang masuk dalam 100 perusahaan ini adalah El Sewedy Industries dan Tenaris. Berikutnya Cemex dari Meksiko, Anglo American dan SAB Miller dari Afrika Selatan,  Saudi Aramco dari Arab Saudi, dan  Emirates Group dari UAE. 

Dari 100 perusahaan negara berkembang  tersebut, 26 perusahaan di antaranya merupakan pendatang baru. Negara-negara Brasil, Rusia, India dan Cina (BRIC) mengambil porsi 69 perusahaan dari total yang ada. Perusahaan BUMN juga terkalahkan dengan tumbuh kembang perusahaan swasta. Mereka tak hanya sukses di pasar domestik, tapi juga berekspansi ke luar negeri.

Hanya dalam lima tahun terakhir, seluruh perusahaan negara berkembang ini telah menyerap 1,4 juta tenaga kerja baru. Pendapatan rata-rata perusahaan pada 2011 mencapai 26,5 miliar dolar AS. 

Mereka juga membeli lebih dari 1,7 triliun dolar AS sektor barang dan jasa. Pergeseran seismik ini, kata Michael, mau tak mau membuat perusahaan multi nasional Amerika dan Eropa harus merangkul mereka dalam kemitraan.

Harian Prancis, Le Monde, mencatat pertumbuhan ekonomi negara berkembang didorong pertumbuhan penduduk lebih cepat dari negara maju. Bahkan, Brasil diramalkan bisa menggantikan Inggris sebagai negara dengan ekonomi keenam terbesar di dunia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement