REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Bank Indonesia (BI) mencatat pertumbuhan kredit perbankan terus anjlok. Penurunan kredit tersebut dipicu pelemahan kinerja ekspor.
Data BI pada September 2012, kredit perbankan hanya tumbuh 22,9 persen.
Direktur Eksekutif Departemen Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter BI, Perry Warjiyo, menilai kredit perbankan yang menurun pada Agustus dan September merupakan pola musiman.
Kredit perbankan diprediksi akan naik kembali pada November dan Desember. “Kredit pada Oktober akan flat (tetap), kemudian November-Desember naik. Biasanya pola seperti itu,” ungkap dia.
Meski demikian, penurunan kredit diprediksi berlanjut hingga tahun depan. Analis perbankan PT UBS Securities, Joshua Tanja, menilai perekonomian dunia yang melambat juga akan memengaruhi kredit perbankan.
Pertumbuhan kredit perbankan hingga akhir 2012 diprediksi sebesar 25 persen. Namun, angka pertumbuhan tersebut akan turun sekitar 15-20 persen pada 2013.
Kepala Ekonom Bank Danamon, Anton Gunawan, memprediksi pertumbuhan kredit perbankan hanya akan naik sekitar 20 persen pada 2013. Harga komoditas yang turun karena pelambatan ekonomi global membuat kredit perbankan di sejumlah sektor turun.
Kredit di sektor pertambangan diprediksi akan melambat. Rasio kredit bermasalah di sektor pertambangan juga terancam naik.
Kebijakan bank sentral yang membatasi uang muka kredit kendaraan bermotor dan perumahan akan berdampak tahun depan. “Aturan dari BI itu akan melambatkan kredit konsumsi,” kata Anton, Kamis (8/11).
Meskipun, dampak dari kebijakan bank sentral tersebut dinilai hanya dirasakan sekitar satu tahun. Sementara itu, Sekretaris Komite Ekonomi Nasional, Aviliani mengatakan pertumbuhan kredit perbankan akan naik jika proyek MP3EI mulai berjalan.
Akan tetapi, jika proyek tersebut tidak berjalan, pertumbuhan kredit perbankan tidak akan beranjak. “Pertumbuhan kredit perbankan juga akan tergantung kebijakan pemerintah, “ ujarnya.