Selasa 03 Jul 2012 20:20 WIB

Australia akan Buka Peternakan Sapi di Indonesia

Rep: nasihin masha / Red: M Irwan Ariefyanto
Sapi 'Rambo II'
Foto: www.beritaprima.com
Sapi 'Rambo II'

DARWIN -- Indonesia dan Australia bersepakat untuk membuka peternakan sapi di Indonesia. "Kita ingin dual track dalam peternakan sapi," kata Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, Selasa (3/7).

Presiden menyampaikan hal itu dalam jumpa pers bersama dengan PM Australia Julia Gillard. Seperti dilaporkan wartawan Republika Nasihin Masha, pernyataan bersama dilakukan usai pertemuan bilateral kedua negara di Gedung Parlemen Northern Territory di Darwin. Jumpa pers dilakukan di halaman belakang parlemen yang menghadap ke laut.

Sejak kedatangan Presiden, media di Australia sudah memuat berita tentang penurunan ekspor ternak Australia ke Indonesia. Hal ini karena produksi ternak di Indonesia terus meningkat. Sehingga Indonesia mengurangi impor ternak sapi. Karena itu Indonesia mengundang Australia untuk berinvestasi membuka peternakan sapi di Indonesia. "Selama ini cuma first track, membeli sapi dari Australia," kata SBY.

Melalui kebijakan dual track, kata Presiden, akan memberikan manfaat riil bagi kedua negara. Perundingan soal peternakan sapi ini tergolong a lot karena Australia tetap menginginkan ekspor sapi belaka, dan bukan investasi membuka peternakan sapi. Namun Indonesia sudah melakukan percobaan membangun peternakan sapi di Temanggung, Jawa Tengah, dengan bibit dari Australia. Hal ini bisa menjadi pendorong bagi pengusaha Australia untuk berinvestasi membangun peternakan sapi.

Dalam pertemuan bilateral itu, mereka juga bersepakat dalam hal perdagangan manusia, penyelendupan manusia, hankam, pariwisata, transportasi udara, pendidikan, ekstradisi, perdagangan, dan infrastruktur.

Presiden menyampaikan bahwa volume perdagangan Indonesia-Australia naik tajam pada 2010-2011. "Naik 29 persen," katanya. Kendati demikian, ia menilai masih banyak peluang untuk meningkatkan hubungan dagang kedua negara. Karena itu, SBY menargetkan volume perdagangan kedua negara menjadi 15 miliar dolar AS pada 2015. "Semoga bisa tercapai," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement