Sabtu 09 Jun 2012 01:08 WIB

Tiga BUMN Bakal Garap Proyek Migas Indonesia-India

Rep: Sefti Oktarianisa/ Red: Dewi Mardiani
Ladang Migas
Ladang Migas

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA –- Pemerintah Indonesia menjajaki kerja sama dengan India untuk mengembangkan sejumlah proyek minyak dan gas bumi (migas). Pemerintah mengaku melibatkan tiga perusahaan BUMN dan satu kontraktor kontak kerja sama (KKKS) untuk bermitra dengan perusahaan asal negara tersebut.

Meski pembicaraan baru memasuki tahap awal, Dirjen Migas Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Evita H Legowo memastikan akan ada pembicaraan business to business. “Kemarin kita sudah bicarakan, bukan hanya government to government tapi juga menjadi business,” tegasnya pada wartawan, Jumat (8/6).

Ketiga BUMN yang bakal dilibatkan, antara lain PT Pertamina (Persero), PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) dan PT Perusahaan Gas Negara (Persero). Sementara KKKS yang dilibatkan antara lain PT Medco Energy International Tbk. Khusus untuk pengembangan gas bumi, Evita mengaku Indonesia bisa belajar banyak dari India. Pasalnya, bukan hanya kuat dalam pemanfaatan gas untuk transportasi, negara tersebut juga cukup banyak memiliki terminal liquid natural gas (LNG).

Ia mengatakan India juga tertarik mengembangkan coal bed methane (CBM) atau batubara gas metana di Indonesia. Pasalnya potensi CMB di Indonesia cukup besar bahkan mencapai 200 triliun cubic feet (TCF). “Untuk gas dan CBM ini, nantinya mereka tertarik untuk mengajak kerjasama di sektor hulu,” ujarnya lagi. Namun, pemerintah belum menjamin apakah akan ada perjanjian pemberian gas ke India seiring kemitraan ini.

Terkait kemungkinan perusahaan India mengambil alih lapangan migas di Indonesia, Evita juga belum berani berbicara banyak. “Yang pasti kita katakana ke merka, kalau ingin lapangan di sini ada dua cara yakni melalui joint study dan reguler tender,” jelasnya.

Kerjasama proyek migas antara Indonesia dan India merupakan kelanjutan dari kunjungan Presiden RI ke India Januari 2011 lalu. Dari kunjungan tersebut, pemerintah kedua negara membuat working group kerja sama. Di Oktober 2011 lalu, pre-joint working group sudah mulai melakukan kajian.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement