Rabu 21 Mar 2012 19:56 WIB

Siap IPO, Bank Jatim Akan Tambah Modal Unit Syariah

Rep: Nur Aini/ Red: Chairul Akhmad
Logo Bank Jatim (ilustrasi).
Foto: Blogspot.com
Logo Bank Jatim (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Bank Jatim berencana menambah modal bagi unit usaha syariah (UUS) hingga Rp 500 miliar secara bertahap.

Modal tersebut akan ditambahkan setelah Bank Jatim mampu menyerap dana melalui Initial Public Offering (IPO) dengan target indikatif Rp 1 triliun.

Penambahan modal UUS tersebut akan dilakukan bertahap dengan nilai Rp 100 miliar per tahun. Menurut Pemimpin Kantor Divisi Usaha Syariah Bank Jatim, Avantiono Hadhianto, penambahan modal itu untuk mempersiapkan pemisahan (spin off) UUS. "Tahun ini kita matangkan untuk spin off. Kita sudah tender empat konsultan untuk penyusunan blue print," ujarnya, Rabu (21/3).

Pemisahan akan dilakukan jika modal UUS telah mencapai Rp 2,5 triliun. Avantiono menarget aset sebesar itu sudah bisa dicapai pada 2016 mendatang. Target waktu itu mempertimbangkan pengalokasian dana IPO yang baru akan dilakukan pada 2013-2014 mendatang.

Kucuran modal tersebut akan dilakukan meski posisi rasio kecukupan modal (Capital Adequacy Rati/CAR) UUS masih di atas 40 persen. Namun, modal yang dimiliki UUS Bank Jatim pada Februari 2012 baru mencapai Rp 100 miliar. Sementara asetnya mencapai Rp 350 miliar. Jumlah aset ini ditarget naik menjadi Rp 550 miliar tahun ini.

Untuk menaikkan bisnis, UUS akan memanfaatkan penjualan produk syariah di kantor bank induk atau dengan mekanisme office channeling (OC). Pemanfaatan OC tersebut dilakukan juga agar bisnis lebih efisien dan lebih dekat dengan nasabah. "Porsi DPK (Dana Pihak Ketiga) dari office channeling juga baik karena mencapai 50 persen di akhir 2011," ungkapnya.

Selama 2011, UUS Bank Jatim mengumpulkan DPK Rp 197 miliar dengan pertumbuhan 40 persen dari tahun sebelumnya. Sementara pembiayaan yang disalurkan selama 2011 mencapai Rp 215 miliar dengan pertumbuhan 40 persen dari periode sebelumnya. Pembiayaan ini, 80 persennya tersalurkan ke sektor mikro.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement