Kamis 17 Mar 2011 17:14 WIB

Hatta: Indonesia Bisa Investment Grade Kuartal III 2011

Rep: shally pristine/ Red: Krisman Purwoko

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Pemerintah percaya diri bahwa peringkat utang negara (sovereign rating) Indonesia bisa naik menjadi investment grade pada tahun ini. Menteri Koordinator bidang Perekonomian, Hatta Rajasa mengatakan, peningkatan peringkat itu bisa dicapai setidaknya pada kuartal ketiga 2011.

Menurut dia, lembaga pemeringkat mestinya bisa melihat cara Pemerintah mengelola moneter, menjaga kepastian fiskal dan iklim investasi juga mengelola perlindungan sosial. "Itu semua juga bagaimana kita meningkatkan daya saing dan bagaimana dunia menempatkan Indonesia sebagai negara tujuan investasi," katanya kepada wartawan, Kamis (17/3).

Pendapat ini berbeda dengan lembaga pemeringkat internasional, Fitch Ratings. Fitch merilis, Indonesia baru bisa mencapai investment grade dalam 12-18 bulan mendatang. Saat ini, peringkat Indonesia versi Fitch adalah 'BB+/Positive' atau satu tingkat di bawah investment grade. "Kalau saya lihat sih tahun ini harusnya sudah investment grade," ujar Hatta.

Sementara, Hatta meyakini belanja pemerintah bisa memberi porsi yang lebih besar terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal pertama 2011. Menurut dia, selama ini realisasi belanja pemerintah kerap bertumpuk di kuartal keempat. Dia berharap, tahun ini bisa lebih proporsional ke semua kuartal. "Saya mengharapkan (belanja pemerintah) di atas 10 persen," katanya.

Hatta mengatakan, selama ini serapan belanja pemerintah di awal tahun cenderung lambat, biasanya 7-8 persen dari total APBN. Karena itu, Pemerintah mendorong realisasi yang lebih besar lewat kesepakatan dengan kementerian dan lembaga terkait. Dorongan untuk mempertinggi serapan belanja ini penting karena APBN berunsur stimulus yang dapat menggerakkan pertumbuhan.

Karena itu, Hatta optimistis pertumbuhan ekonomi di kuartal pertama bisa lebih tinggi dari target yang dipatok di 6,4 persen. Menurut dia, sejumlah penelitian memperkirakan realisasi pertumbuhan ekonomi bisa lebih dari 6,4 persen, bahkan ada yang memprediksi sampai 6,7 persen. "Potensinya ada, asal jangan berisik. Kalau berisik ya gaduh terus," ucapnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement