REPUBLIKA.CO.ID, NUSA DUA, BALI - Gubernur Bank Indonesia Darmin Nasution mengatakan arus modal asing yang masuk (capital inflows) harus bisa membantu pertumbuhan ekonomi dan kebutuhan pembangunan dengan jalan memperbaiki atau mereformasi struktural di sektor riil perekonomian. "Dalam persaingan global yang meningkat, negara ekonomi berkembang dituntut untuk memperhatikan posisi mereka di tingkat global, sehingga memungkinkan mereka untuk menangkap berbagai manfaat globalisasi ekonomi yang muncul," kata Darmin saat membuka konferensi internasional mengatasi 'capital inflows' di Nusa Dua, Bali, Jumat (11/3).
Ia mengatakan, besarnya lonjakan arus masuk modal terutama ke Asia harus segera direspon dengan berbagai kebijakan, khususnya tentang bagaimana mengelola risiko yang melekat, sementara pada saat yang sama memanfaatkan peluang dari masuknya modal asing itu. Tantangan tersebut, kata Darmin adalah cara untuk memelihara keseimbangan di tengah internal dan eksternal antara lain melalui tiga kebijakan seperti mengelola volatilitas arus modal, menanggapi tingkat nilai tukar jika terjadi 'overshoot' dan melakukan ekspansi likuiditas domestik.
Arus modal asing yang masuk, lanjutnya memiliki risiko yang besar karena modal yang masuk di portofolio sangat sensitive terhadap berbagai ekspektasi yang sangat memungkinkan untuk adanya modal yang keluar secara cepat. Dengan kondisi ini, lanjut Darmin diperlukan semakin pentingnya modal fisik, modal manusia, serta teknologi, karena tenaga kerja murah dan manajemen nilai tukar akan menjadi faktor yang kurang menentukan ketika bersaing secara global.
Dengan kata lain, ekonomi yang gagal untuk mengenali pentingnya memajukan dan mempercepat kegiatan penelitian, pengembangan sumber daya manusia, dan kemajuan teknologi, akan tertinggal dalam perlombaan global untuk menarik penanaman modal langsung yang berkelanjutan dan menjadi lebih rentan terhadap risiko yang menyertai besarnya 'hot money'. "Oleh karena itu, negara-negara yang kurang sadar akan kurangnya infrastruktur keras dan lunak akan lebih rentan dan rawan terhadap krisis ekonomi masa depan," katanya.
Ia mengatakan, masuknya modal asing jika tidak disertai kesiapan di sektor riil justru bisa mengganggu perekonomian domestik seperti menggelembungkan harga aset, meningkatkan tekanan inflasi, penurunan surplus transaksi berjalan atau kombinasi dari ketiganya. "Ketidakseimbangan internal dan eksternal yang dihasilkan, pada gilirannya, dapat mempengaruhi kepercayaan pada keberlanjutan arus dana, dan jika dilihat dari tingkat kerentanan ekonomi ini akan menimbulkan persepsi yang kurang baik, sebab jika tidak dikelola dengan baik, dapat menyebabkan arus dana berhenti mendadak dan bahkan pembalikan arus." bebernya.
Oleh karena itu, lanjut Darmin, campuran kebijakan dalam menghadapi arus modal besar juga harus mencakup tindakan-tindakan struktural dan pengembangan yang mempromosikan investasi di infrastruktur, dari pembangunan jalan, teknologi informasi sampai persoalan hukum dan peraturan. "Yang terakhir ini harus mencakup kesehatan bangunan dan prasarana pendidikan untuk meningkatkan tingkat agregat modal manusia, dan menyiapkan berbagai kerangka kelembagaan untuk mendorong kemajuan teknologi," katanya.