REPUBLIKA.CO.ID, CILACAP -- Peceklik yang dirasakan nelayan di Kabupaten Cilacap, juga dirasakan para juragan pemilik kapal. Bahkan para juragan pemilik kapal nelayan ini, banyak yang sudah menjual kapalnya karena sudah mampu lagi membayar kredit bank yang digunakan untuk membeli kapal tersebut.
''Sebelumnya para pemilik kapal tersebut berharap ikan yang diperoleh dari hasil tangkapan bisa kita gunakan untuk mengangsur kredit bank. Tapi ternyata, hampir sepanjang tahun 2010 ini, nelayan tidak berani melaut karena cuaca buruk. Karena itu, daripada terus-terusan ditagih utang oleh bank, lebih baik kita menjual kapal untuk melunasi hutang,'' kata Untung Jayanto, kata Manajer KUD Mino Saroyo yang menampung ikan hasil tangkapan nelayan Cilacap, Selasa (21/12).
Untung sendiri, termasuk yang berencana menjual kapal-kapalnya. Dia mengaku, saat ini memiliki tiga kapal penangkap ikan. Ketiga kapalnya terdiri dari dua kapal fiber dengan bobot 20 GT dan satu kapal dengan bobot 80 GT. ''Rencananya, ketiga kapal saya ini akan dijual dengan harga Rp 1,2 miliar. Padahal saat saya beli tahun 2002 lalu, harganya mencapai Rp 3,5 miliar,'' jelasnya.
Ketua Rukun Nelayan TPI di Pelabuhan Perikanan Samudra Cilacap (PPSC) Sri Gito, mengakui banyaknya nelayan atau juragan pemilik kapalmnya yang menjual kapalnya dengan harga murah. Bahkan menurutnya, sejak lima bulan terakhir sudah ada 50 kapal compreng dengan bobot antara 20 hingga 80 GT yang berpindah kepemilikan.
''Yang lainnya masih dalam proses penawaran, seperti kapal compreng milik anggotanya, Marzuko dan Trisno. Keduanya, menawarkan kapal compreng dari fiberglass seharga Rp 3 juta hingga Rp 5 juta. Padahal, harga kapal itu pada kondisi normal bisa mencapai Rp 10 juta hingga Rp 15 juta,'' jelasnya.