REPUBLIKA.CO.ID,
MEDAN--Pemerintah mengatakan kenaikan harga barang-barang pokok di akhir tahun akibat produksi yang tidakmencukupi permintaan. Wakil Menteri Perdagangan Mahendra Siregar mengatakan pemerintah berusaha meningkatkan produksi bahan pokok untuk menekan harga di pasar agar tidak memberatkan masyarakat.
"Swasembada bahkan surplus harus dicapai untuk semua produksi yang menjadi kebutuhan mulai tebu untuk gula dan padi untuk beras dan itu sudah menjadi target pemerintah," kata Wakil Menteri Perdagangan, Mahendra, usai peresmian Pojok Rakyat dan Bazar Rakyat di Medan, Sabtu.
Kalau swasembada bahkan surplus bisa dicapai, maka produksi akan mencukupi kebutuhan sehingga tidak terjadi kelangkaan. Bahkan, produksi yang surplus bisa mendatangkan keuntungan lebih besar yakni bisa mengekspor.
Dia mengakui, upaya pencapaian swasembada itu akan diikuti dengan pengawalan distribusi berbagai kebutuhan itu. "Kelancaran distribusi memang harus dijaga, karena meski produksi banyak, tetapi ada upaya penahanan barang percuma saja, karena harga pasti naik,"katanya.
Menurut dia, operasi pasar (OP), hanya kebijakan sesaat atau jalan cepat untuk menekan atau menormalkan harga berbagai barang sehingga masyarakat tidak dirugikan.
Pedagang pemasok beras di Pasar Petisah, Jaya, mengakui, IR64 kualitas rendah masih bertahan Rp205.000 dari Rp185.000 per karung isi 30 kg, sementara jenis IR64 lainnya sudah Rp217.000 dari Rp195.000 per 30 kg.
Untuk jenis arias dewasa ini, sudah Rp8.500 per kg dari Rp8.000 per kg sebelumnya. Diakui, kenaikan harga beras tertinggi terjadi di jenis medium, bukan di kelas menengah keatas, kata pemilik UD Jaya Jadi itu.