REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Pemerintah mengakui inflasi pada November ini di luar dari ekspektasi yang diharapkan. Meski demikian pemerintah tetap mengusahakan angka inflasi masih berada dalam range lima (5) plus minus satu (1) persen. "Sebetulnya di November ini kita harapkan akan ada kenaikan inflasi yang kecil dan ada deflasi," ujar Menteri Keuangan Agus Martowardojo, Kamis (3/12).
Menurut Agus, tingginya inflasi pada November lebih disebabkan karena terjadi banyak bencana alam. Sehingga perhatian yang dilakukan pemerintah untuk itu ternyata cukup tinggi.
"Tapi kita masih berusaha supaya bisa mencapai 5 plus minus 1 persen ini," tukas mantan Dirut Bank Mandiri itu.
Harus diakui ruang untuk mencapai batas target itu memang sangat kecil, yakni 0,02 persen. Walaupun begitu, lanjut Agus, otoritas moneter dan fiskal akan terus bekerjasama untuk mencapai angka proyeksi itu. "Memang bahwa sekarang itu belum melewati angka 6 persen padahal kita pengen 6 persen ini perlu perhatian dari kita," ujar Menkeu.
Sebelumnya Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi pada bulan November 0,60 persen. Angka inflasi tersebut mendorong laju inflasi tahun kalender Januari sampai November menjadi 5,98 persen.
Sementara inflasi year on year (November 2010 terhadap November 2009) 6,33 persen. "Ini cukup mengkhawatirkan jika tidak terjadi deflasi pada Desember nanti maka bisa tembus 6 persen," ujar Kepala BPS Rusman Heriawan, Rabu (1/12).
Dengan inflasi tahun kalender yang telah mencapai 5,98 persen maka ruang yang tersisa hanya 0,02 persen dari proyeksi Bank Indonesia sebesar enam (6) persen. Sementara dari target pemerintah 5,3 persen (APBN P 2010) angka inflasi ini sudah jauh melampaui.
Kenaikan laju inflasi November didorong oleh tingginya harga komoditas seperti Beras. Dari 0,60 tersebut beras memberikan sumbangan 0,12 persen. Sumbangan ini wajar mengingat harga beras mengalami kenaikan dua persen dibandingkan dengan bulan sebelumnya.
Sementara itu secara terpisah Menko Perekonomian Hatta Rajasa mengatakan pemerintah akan berusaha untuk menjaga inflasi itu supaya tidak terlalu tinggi. Meski demikian, lanjut mantan Mensesneg itu, memang kecenderungan kenaikan harga pangan ini cukup mengkhawatirkan, seperti harga minyak dan beras. "Kita lihat palm oil itu sudah mulai naik dan memang menjadi perhatian dunia internasional," ucapnya.
Dikatakan Hatta, pemerintah tidak diam untuk mengendalikan harga pangan ini. Misalkan untuk beras, pihaknya melalui Bulog telah melakukan intervensi ke pasar dengan angka yang cukup besar mencapai 2 ribu ton per hari. "Itu terus-terusan," klaimnya.
Adapun inflasi pada Desember, pemerintah tetap berharap tidak setinggi pada November ini. Menurut Hatta tantangan lain pada Desember ini yakni dengan adanya hari raya natal dan tahun baru. Sehingga membuat belanja masyarakat akan cukup tinggi. Kemudian government spending (belanja pemerintah) juga akan cukup besar pada akhir tahun ini.
Apakah akan berada melampau enam persen, seperti yang di proyeksikan oleh Bank Indonesia dan harapan pemerintah, Hatta tidak bisa berkomentar banyak. "Saya jangan ngomong gitu dong," kata Hatta.