Jumat 19 Nov 2010 10:00 WIB

Mikro Melemah Karena Pertumbuhan Tertutup

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Pengamat perekonomian, Hendrawan Supratikno, mengatakan kondisi sektor mikro di Indonesia masih dinilai melemah karena pertumbuhan ekonomi tidak inklusif atau terasa oleh semua pihak. "Supaya ekonomi bertumbuh secara lebih sehat maka harus dicapai pertumbuhan inklusif yang menguntungkan semua orang," kata Hendrawan di Jakarta, Kamis (18/11).

Menurut dia, pada saat ini terjadi ketimpangan pertumbuhan perekonomian yang mengakibatkan sektor mikro dan riil menjadi melemah. Ia memaparkan, sebanyak 98 persen pelaku usaha di Indonesia tergabung dalam usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM).

Namun, UMKM hanya menyumbangkan produk domestik bruto sekitar 40 persen terhadap pertumbuhan ekonomi nasional. Hal itu, ujar dia, mengakibatkan pertumbuhan ekonomi yang dinilai menguat dari berbagai indikasi sektor makro hanya bisa dinikmati oleh segelintir pihak.

Hendrawan juga mengingatkan, pekerja di Indonesia yang bekerja di sektor informal mencapai 70 persen. "Sedangkan yang bekerja seperti saya dan anda yang mendapat gaji teratur dan jaminan lainnya hanya 30 persen," katanya.

Sebelumnya, Direktur Penilaian Perusahaan Bursa Efek Indonesia (BEI) Eddy Sugito, di Jakarta, 25 Oktober, mengatakan, laporan keuangan perusahaan pada kuartal ke-3 2010 yang sudah masuk ke BEI dinilai meningkat seiring dengan peningkatan perekonomian Indonesia.

"Dari laporan keuangan emiten yang sudah masuk, tetapi tidak secara spesifik, sebagian besar meningkat dan masih cukup menarik," katanya.

Ia menambahkan, meningkatnya laporan keuangan itu menunjukkan bahwa fudamental perekonomian dalam negeri cukup positif. Sedangkan Menteri Keuangan Agus Martowardoyo menuturkan, bahwa manajemen ekonomi Indonesia telah mendapat pengakuan dan penghargaan dari dunia internasional yang tercermin dari perbaikan peringkat investasi Indonesia.

"Saya yakin posisi Indonesia terus meningkat. Pemerintah juga akan berupaya mengakselerasi laju pertumbuhan ekonomi dan mencapai 7 persen hingga 2014," kata Agus dalam diskusi bertajuk "Indonesia The Next I in BRICI?", yang diselenggarakan pada "Mandiri Economic Forum 2010", di Jakarta, 2 November.

sumber : antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement