REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Bank Indonesia menyatakan kredit yang disalurkan perbankan sampai pekan pertama November 2010 tercatat meningkat Rp 5,85 triliun menjadi Rp 1.665, 32 triliun. "Atau tumbuh 16,44 persen dibanding awal tahun (year to date) dan dibanding tahun lalu (year on year) tumbuh 22,04 persen," kata Kepala Biro Humas Bank Indonesia Difi A Johansyah di Jakarta, Rabu (10/11).
Ia mengatakan, kenaikan kredit terutama didukung kredit rupiah yang naik Rp 5,44 triliun, sementara kredit valas hanya menyumbang sebesar Rp 400 miliar. Dengan demikian, selama tahun 2010 (ytd) kredit tercatat naik Rp 235,11 triliun atau 16,44 persen, dan secara yoy naik Rp 300,70 triliun atau 22,04 persen.
Sementara, kenaikan kredit rupiah pada pekan laporan sebesar Rp 5,44 T hanya terjadi pada kelompok bank Swasta yang naik Rp 4,26 triliun dan bank persero naik Rp 3,80 triliun. Sedangkan ketiga kelompok bank lainnya justru mengalami penurunan, dan terbesar pada kelompok kantor cabang Bank Asing (KCBA) sebesar Rp 1,48 triliun.
Sementara itu, meskipun kredit valas hanya naik tipis Rp 400 miliar, namun peningkatan tersebut merata pada hampir semua kelompok bank, kecuali kelompok bank campuran yang turun Rp 740 miliar. Dalam denominasi valas, terjadi peningkatan kredit valas sebesar 130 juta dolar AS.
Difi mengatakan, menjelang akhir tahun, dana pihak ketiga (DPK) perbankan juga menunjukkan tren yang terus meningkat. Dalam sepekan terakhir DPK naik Rp 8,34 triliun hingga menjadi Rp 2.158,09 triliun. Kenaikan tersebut disumbangkan oleh DPK rupiah yang naik Rp 10,82 triliun, sedangkan DPK valas justru turun Rp 2,48 triliun.
Dengan perkembangan tersebut, selama tahun 2010 (ytd) DPK telah tumbuh 9,52 persen menjadi Rp 187,64 triliun, dan secara yoy tumbuh 17,17 persen menjadi Rp 316,29 triliun. Kenaikan DPK rupiah terjadi pada hampir semua kelompok bank, kecuali kelompok KCBA yang turun sekitar Rp 2,39 triliun.
Peningkatan DPK rupiah tertinggi dalam pekan laporan terjadi pada kelompok BPD sebesar Rp 4,68 triliun dan persero Rp 4,30 triliun terkait dropping rutin dana pemerintah pada setiap akhir bulan. Sementara itu, penurunan DPK valas sebesar Rp 2,48 triliun disebabkan oleh turunnya DPK valas pada kelompok KCBA sebesar Rp 2,68 triliun, persero Rp 0,94 triliun dan BPD Rp 0,01 triliun.
Dalam denominasi valas, DPK turun 150 juta dolar AS, terbesar pada KCBA sebesar 280 juta dolar AS. Dengan perkembangan tersebut diatas, LDR perbankan turun tipis dari 77,19 persen menjadi 77,17 persen.
Sedangkan untuk suku bunga per kelompok bank berdasarkan kepemilikan, cenderung menurunkan suku bunga dasar kredit (SBDK) rupiah yang mengakibatkan 'spread' suku bunga rupiah perbankan selama sepekan turun dari 5,68 persen menjadi 5,54 persen. Dengan demikian, selama 10 bulan tahun 2010, 'spread' perbankan telah turun 48 basis poin yakni dari 6,02 persen di awal tahun menjadi 5,54 persen awal November.