Jumat 27 Jun 2025 19:06 WIB

Lewat Digital, Petani Cabai Sleman tak Lagi Tergantung Tengkulak

Ekosistem pertanian digital beri dampak nyata dari sawah hingga pasar nasional.

Rep: Dian Fath Risalah/ Red: Gita Amanda
Tak lagi menggantungkan nasib pada tengkulak, ribuan petani cabai di Sleman kini menjual hasil panennya lewat sistem lelang digital yang transparan dan efisien.
Foto: Dok Republika
Tak lagi menggantungkan nasib pada tengkulak, ribuan petani cabai di Sleman kini menjual hasil panennya lewat sistem lelang digital yang transparan dan efisien.

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Tak lagi menggantungkan nasib pada tengkulak, ribuan petani cabai di Sleman kini menjual hasil panennya lewat sistem lelang digital yang transparan dan efisien. Inovasi ini dijalankan oleh Koperasi PPHPM Sleman, binaan Bank Indonesia, yang kini telah menjadi model distribusi pangan nasional.

Saat panen raya, pasokan cabai bisa mencapai 10 hingga 15 ton per hari. Semua hasil panen ditampung, disortir, dan dijual melalui lelang berbasis aplikasi digital tertutup. Harga tertinggi otomatis menjadi pemenang. Proses yang sebelumnya penuh risiko dan negosiasi kini berlangsung adil, aman, dan akuntabel.

Baca Juga

“Dalam pengelolaan pasar lelang cabai, kami menampung semua jenis cabai dari Sleman. Kemudian dibuka harga lelang secara tertutup menggunakan aplikasi. Pemenang lelang yang muncul dengan harga tertinggi akan langsung lanjut ke pengemasan dan pengiriman,” kata Sekretaris Koperasi PPHPM, Ardhi Prasetyo, saat ditemui Republika, Rabu (24/6/2025).

Petani tak perlu menunggu lama. Harga untuk tiap petani langsung muncul di sistem dan pembayaran dilakukan saat itu juga, baik secara tunai maupun transfer. Saat ini terdapat 14 titik kumpul cabai di berbagai kecamatan yang menyuplai koperasi setiap sore hingga malam hari.

Ketua PPHPM, Nanang, mengatakan sistem ini mulai dirintis sejak 2017 secara manual, namun mendapat akselerasi signifikan saat Bank Indonesia DIY mulai masuk pada 2020. BI mendorong pembentukan koperasi formal, menyediakan infrastruktur digital, hingga mendampingi pelatihan dan manajemen kelembagaan.

Dengan sistem digital ini, koperasi tak hanya mengelola transaksi, tetapi juga menyusun kalender tanam strategis, memprediksi harga, dan menjaga stabilitas pasokan. Petani yang dulu merugi karena fluktuasi harga kini bisa merencanakan panen saat harga tinggi.

“Dulu pengurus bahkan tidak digaji dan memakai dana pribadi untuk menalangi petani. Sekarang, sistem ini sehat secara keuangan, dan pengurus bisa digaji setara UMR,” ujarnya.

Kini, lebih dari 2.200 petani cabai di Sleman telah tergabung dalam sistem ini. Bahkan, petani dari kabupaten lain ikut mengirim hasil panen ke pasar lelang PPHPM. Sistem ini juga memungkinkan tracing produk jika ada keluhan dari pedagang, karena semua proses sudah terdigitalisasi dan terdokumentasi.

Kepala Kantor Perwakilan BI DIY, Sri Darmadi Sudibyo (Dibyo), menilai inovasi seperti yang dilakukan PPHPM adalah bukti pentingnya sinergi dalam mendorong UMKM naik kelas. “Untuk nilai ekspor, ini kita punya event namanya Grebeg UMKM baru kemarin diselenggarakan bulan April. Yang dilaksanakan pada periode itu saja mencapai Rp 7 miliar dari 34 UMKM. Tapi periodenya hanya sampai dengan April 2025. Ada potensi lebih besar dari itu,” kata Dibyo, menggarisbawahi besarnya potensi pasar produk UMKM termasuk hasil tani seperti cabai.

Digitalisasi pasar cabai ini juga mendukung pengendalian inflasi, memperluas akses pembiayaan, serta mendorong efisiensi distribusi pangan secara nasional. Pemerintah pusat kini menjadikan PPHPM sebagai rujukan. Bahkan dalam kondisi darurat seperti lonjakan harga cabai di Manado yang sempat tembus Rp 240 ribu per kilogram, PPHPM bisa mengirim pasokan secara cepat dan menurunkan harga.

Lewat kolaborasi bersama pemda dan BI, program tahunan penguatan petani disusun melalui forum RGB. Petani tidak sekadar dilatih bercocok tanam, tetapi juga dikuatkan secara kelembagaan, diajarkan literasi keuangan, dan didorong untuk mengadopsi teknologi tepat guna.

PPHPM Sleman kini bukan hanya koperasi, tapi ekosistem pertanian digital yang memberi harga adil bagi petani, efisiensi bagi pedagang, dan kestabilan bagi pasar. Sistem ini lahir dari masalah klasik, diselesaikan oleh gotong royong lokal, dan diperkuat oleh kebijakan strategis Bank Indonesia.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement