REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA--Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Daerah Istimewa Yogyakarta mengkhawatirkan letusan Gunung Merapi akan menurunkan tingkat hunian hotel di wilayah tersebut. "Kami merasa, pemberitaan-pemberitaan yang ada di media kurang berimbang sehingga banyak calon wisatawan yang merasa bahwa dampak letusan Gunung Merapi terjadi di seluruh DIY," kata Sekretaris Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) DIY Deddy Pranowo Eryono di Yogyakarta, Jumat (29/10).
Menurut dia, sampai saat ini memang belum terlihat adanya penurunan tingkat hunian hotel di DIY, namun sudah ada beberapa wisatawan baik domestik atau mancanegara yang mempertimbangkan kembali keinginan mereka untuk berwisata di DIY.
Ia mengatakan, tingkat hunian hotel berbintang di DIY pasca erupsi Gunung Merapi mencapai 60-70 persen bahkan ada sejumlah hotel dengan okupansi mencapai 80 persen, dan tingkat hunian untuk hotel non bintang adalah 20-30 persen. "Tingkat hunian hotel itu cukup normal, karena masih didukung oleh sejumlah event di Yogyakarta seperti pameran," katanya.
PHRI, lanjut dia, telah melakukan sejumlah upaya untuk menyeimbangkan pemberitaan media tentang erupsi Gunung Merapi, yaitu dengan merekam kondisi di sejumlah tempat wisata pasca erupsi tersebut. "Kami juga memiliki rekaman pasca erupsi Merapi, baik di sejumlah wilayah yang rusak terkena erupsi dan sejumlah tempat wisata yang kondisinya tidak terpengaruh erupsi gunung api itu," katanya.
Hasil rekaman tentang kondisi di DIY, seperti Jalan Malioboro dan Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat tersebut kemudian dikirimkan ke sejumlah agen perjalanan wisata untuk meyakinkan wisatawan bahwa Yogyakarta masih aman dikunjungi. "Melalui rekaman ini, kami berharap calon wisatawan menjadi mengerti bahwa erupsi Merapi tidak membawa kerusakan di seluruh DIY," katanya.
Selain mengirimkan rekaman mengenai kondisi Gunung Merapi, Deddy yang juga Ketua Keluarga Public Relation Yogyakarta dan Ketua Badan Promosi Pariwisata Kota Yogyakarta tersebut juga membuat paket wisata amal. "Peminatnya cukup banyak, seperti dari Singapura, Malaysia dan Belanda, karena erupsi Merapi tidak terjadi setiap tahun dan mereka ingin melihat secara langsung," katanya.
Namun demikian, ia mengatakan, pihaknya tetap menjaga keamanan wisatawan dengan mematuhi seluruh aturan yang berlaku apabila berada di sekitar Merapi.