Selasa 12 Oct 2010 08:47 WIB

Wow...IMF: Indonesia Penggerak Ekonomi Asia-Pasifik

Menteri-menteri keuangan dari negara-negara peserta berfoto bersama pada Pertemuan Tahunan IMF-Bank Dunia di Washington.
Foto: AP
Menteri-menteri keuangan dari negara-negara peserta berfoto bersama pada Pertemuan Tahunan IMF-Bank Dunia di Washington.

REPUBLIKA.CO.ID,Meskipun belum sepenuhnya bangkit dari krisis ekonomi, Indonesia dinilai telah berhasil menjadi sumber penggerak pertumbuhan ekonomi di Asia Pasifik. Inilah salah satu penilaian Dana Moneter Internasional (IMF) dan Bank Dunia dalam pertemuan tahunannya di Washington pekan ini.

Ketidakseimbangan pertumbuhan ekonomi di banyak negara dan keprihatinan atas lemahnya mata uang yuan Tiongkok menjadi bagian dari “Economic Outlook 2010” yang disampaikan kedua lembaga keuangan dunia tersebut.

Yang menarik, di tengah krisis ekonomi global yang melilit banyak negara, Indonesia justru dinilai berhasil menjadi penggerak pertumbuhan ekonomi di kawasan Asia Pasifik. Namun, menurut Ketua Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) Armida Alisjahbana yang ikut menghadiri pertemuan tahunan, ada hal-hal yang harus diwaspadai.

"Tetap ada downside dan risk yang secara keseluruhan,  saya rasa relevan untuk Indonesia, misalnya resiko karena perubahan iklim, seperti banjir dan bencana alam yang berdampak pada prospek pertumbuhan ekonomi. Itu yang harus diwaspadai," kata Armida Alisjahbana.

"Ini sudah didiskusikan tapi belum formal diketok palu di sidang kabinet.  Berapa kebutuhan selama lima tahun yang pembiayaannya diproyeksikan dari sumber-sumber pinjaman luar negeri?  Itu belum dipastikan. Tapi, kira-kira dari Bank Dunia dalam jangka waktu lima tahun ke depan masih kita perlukan," kata Ketua Bappenas.

“Justru kalau kita melihat hutang mungkin ada peningkatan, tapi jangan lihat hanya dari jumlahnya," tambah Menkeu Agus Martowardoyo. "Harus juga dibandingkan dengan PDB kita."

Menurut Menkeu, rasio utang terhadap PDB Indonesia di tahun 2000 adalah 83 persen. Rasio tersebut kini turun menjadi 27 persen dan tahun depan diproyeksikan turun sedikit ke tingkat 26 persen. "Jadi, secara relatif, walaupun hutang meningkat, tapi dibandingkan dampak positifnya pada pertumbuhan ekonomi, maka usulan hutang tersebut tampak tidaklah terlalu besar," ujar Menkeu.

Pertemuan tahunan Dana Moneter Internasional dan Bank Dunia berakhir pada hari Minggu kemarin.

sumber : voa
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement