Rabu 25 Aug 2010 03:02 WIB

Bank Mandiri Batalkan Rencana Penerbitan 'Global Bond'

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Bank Mandiri membatalkan rencana penerbitan obligasi internasional senilai 300 juta dolar AS. Alih-alih bank kini memfokuskan diri pada proses penawaran saham terbatas (rights issue) yang diharapkan bisa dilakukan pada pekan kedua atau ketiga November 2010.

"Kalau kita punya modal cukup mungkin kita batalkan 'global bond' yang berbentuk sub debt valas. Karena kita prioritas pada 'rights issue'," kata Direktur Keuangan dan Strategi Bank Mandiri Pahala N. Mansyuri di Jakarta, Selasa.

Ia menjelaskan, rencana melaksanakan "rights issue" itu sudah mendapat dukungan dari Kementerian BUMN dan Kementerian Keuangan, serta telah dibentuk tim bersama dari tiga unsur termasuk Bank Mandiri. "Karena Kementerian BUMN sudah terlihat mendukung dan pasar sedang bagus, kita prioritaskan untuk meningkatkan modal tier satu, kalau subdebt kan modal tier dua," ujarnya.

Ia menjelaskan pihaknya telah menerima surat dari Meneg BUMN yang membolehkan melaksanana "rights issue". Saat ini Bank Mandiri sedang melakukan persiapan agar penawaran 2,36 miliar lembar saham itu bisa dilakukan pada pekan kedua November.

"Saat ini tim dari Kemeneg BUMN, Kemenkeu dan Bank Mandiri secara resmi sudah terbentuk. Siapa-siapa timnya sudah disampaikan, tim internal sudah terbentuk, tapi 'pricing' masih jauh karena saya ini fokusnya persiapan dulu," jelasnya. Pahala menambahkan penentuan harga saham yang ditawarkan nantinya baru bisa dilakukan tiga bulan lagi setelah persetujuan untuk "rights issue" didapatkan dari DPR.

"Target dana juga belum bisa bilang karena harga saham Bank Mandiri pun bisa berubah, kalau saat ini Rp5.900 sampai Rp6.000 per lembar saham, kita masih melihat perkembangan harga sampai saat kita mau 'pricing' di bulan November nanti. Jadi, masih sulit untuk kita prediksikan sekarang," tuturnya. Pahala mengatakan dengan adanya tambahan saham yang dijual itu makan harga saham yang telah dimiliki investor akan mengalami dilusi sekitar 6-7 persen.

sumber : Ant
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement