REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS di pasar uang spot antarbank Jakarta, Kamis (3/6) sore, menguat dipicu oleh menguatnya sebagian besar mata uang Asia yang dimotori oleh won Korsel dan ringgit Malaysia. Rupiah ditransaksikan pada kisaran 9.183/9.193 per dolar AS, naik 22 poin dibanding posisi penutupan kemarin 9.205/9.215 per dolar AS.
Menguatnya sebagian mata uang Asia terhadap dolar membuat rupiah ikut terkatrol dan sentimen itu mendorong aksi beli rupiah, meski Bank Indonesia (BI) mengumumkan cadangan devisa turun dari 78 miliar dolar menjadi 74,6 miliar dolar, kata para dealer. Namun dalam pengumuman BI itu ada satu hal yang mendukung posisi tawar rupiah yakni keputusan mempertahankan suku bunga acuan (BI Rate) pada level 6,50 persen, katanya.
Sementara analis valas PT Bank Himpunan Saudara Tbk, Rully Nova mengatakan, rupiah masih berpeluang untuk menguat lagi pada hari berikut. Menurut Rully Nova, peluang rupiah untuk bisa mendekati angka 9.150 per dolar cukup besar asalkan saham-saham di Amerika Serikat berlanjut menguat karena secara internal pertumbuhan makro Indonesia dinilai baik.
"Kami optimis masih ada ruang bagi rupiah untuk menguat lebih besar lagi, "ucapnya. Pelaku asing, lanjut dia, sekarang berkeinginan untuk masuk ke pasar Asia khususnya Indonesia, karena pasar Eropa dan Amerika Serikat masih belum stabil.
Kondisi ini merupakan peluang yang baik bagi Indonesia, sebelum pasar Eropa maupun Amerika Serikat membaik, katanya. Sementara BI melaporkan sudah ada arus modal asing keluar berkaitan krisis Yunani yang menyebabkan cadangan devisa Indonesia turun.
Apabila dukungan positif dari pelaku asing cukup kuat, lanjut dia maka pergerakan rupiah selama pekan ini akan terdorong ke level yang lebih baik, bahkan bisa mendekati angka 9.100 per dolar.