Kamis 09 Feb 2023 07:44 WIB

Menkeu AS: Inflasi Masih Tinggi, tapi Ada Tanda Menggembirakan

Kenaikan suku bunga AS masik akan terjadi karena The Fed masih mendinginkan inflasi.

 Menteri Keuangan AS Janet Yellen (kiri) berbicara dengan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati (tengah) dan Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin (kanan) selama pertemuan Menteri Keuangan dan Kesehatan Bersama G20 di Nusa Dua, Bali, Sabtu (12/11/2022).  KTT Kepala Negara dan Pemerintahan Kelompok Dua Puluh (G20) ke-17 akan diselenggarakan di Bali pada 15 hingga 16 November 2022.
Foto: EPA-EFE/MADE NAGI
Menteri Keuangan AS Janet Yellen (kiri) berbicara dengan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati (tengah) dan Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin (kanan) selama pertemuan Menteri Keuangan dan Kesehatan Bersama G20 di Nusa Dua, Bali, Sabtu (12/11/2022). KTT Kepala Negara dan Pemerintahan Kelompok Dua Puluh (G20) ke-17 akan diselenggarakan di Bali pada 15 hingga 16 November 2022.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Menteri Keuangan AS Janet Yellen mengatakan pada Rabu (8/2/2023), meski inflasi masih tinggi ada tanda-tanda yang menggembirakan bahwa ketidakcocokan antara penawaran-permintaan mereda di banyak sektor ekonomi.

"Selama dua tahun terakhir, kami telah bekerja dengan sukses untuk meredakan tekanan rantai pasokan, dan itu termasuk mendanai peningkatan lalulintas peti kemas dan memindahkan beberapa pelabuhan ke operasi 24/7," kata Yellen dalam sambutannya di pabrik baterai kendaraan listrik Ultium Cells LLC yang sedang dibangun di dekat Nashville.

Baca Juga

Sebuah laporan ketenagakerjaan pekan lalu menunjukkan pertumbuhan pekerjaan AS meningkat tajam pada Januari sementara tingkat pengangguran mencapai level terendah lebih dari 53,5 tahun di 3,4 persen, menunjukkan pasar tenaga kerja yang ketat yang dapat membuat pusing Federal Reserve dalam pertempuran melawan inflasi.

Pejabat Fed pada Rabu (8/2/2023) mengatakan, lebih banyak kenaikan suku bunga akan terjadi karena bank sentral AS terus maju dengan upayanya untuk mendinginkan inflasi, meskipun tidak ada yang siap untuk menyatakan bahwa laporan pekerjaan kuat Januari dapat mendorong mereka kembali ke sikap kebijakan moneter yang lebih agresif.

The Fed memutuskan Rabu (1/2/2023) lalu untuk memoderasi laju kampanye kenaikan suku bunga yang secara historis agresif untuk mengurangi inflasi yang tinggi.

"Memang benar, suku bunga telah naik dan perlahan, yang meningkatkan biaya negara dan anggaran federal atas bunga utang. Jadi dalam hal itu, ini merupakan hambatan. Proyeksi masa depan kami, telah lama berasumsi bahwa suku bunga akan bergerak kembali ke tingkat yang lebih normal," tambah Yellen pada Rabu (8/2/2023).

Beberapa investor percaya tanda-tanda kekuatan di pasar tenaga kerja membuat resesi lebih kecil kemungkinannya dan meningkatkan kemungkinan soft landing, di mana Fed menjinakkan inflasi tanpa mendorong ekonomi ke dalam resesi. Inflasi, berdasarkan ukuran yang disukai Fed, mencapai lebih dari dua kali lipat target.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement