REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Utama Garuda Indonesia Glenny H Kairupan mengambil keputusan tegas. Alih-alih menambah tiga pesawat baru, Garuda memilih menunda ekspansi armada dan memusatkan energi pada perbaikan pesawat yang sudah ada.
Glenny mengungkapkan perseroan sebelumnya menandatangani MoU pemesanan empat pesawat. Namun, dari seluruh rencana itu, hanya satu unit yang sudah dibayarkan uang muka. Tiga pesawat lainnya resmi ditunda.
“MoU ada empat pesawat, baru satu yang DP. Tiga sisanya kami tunda dulu karena prioritasnya perbaikan armada,” ujar Glenny dalam keterangan tertulis di Jakarta, Jumat (14/11/2025).
Glenny menyebut keputusan ini menegaskan arah perbaikan Garuda yang semakin konsisten sejak masuknya skema penyelamatan pemerintah dan BPI Danantara. Meski Danantara setuju mengucurkan modal sebesar Rp 23,67 triliun, mantan penerbang TNI AD ini tetap berhati-hati.
Glenny yang merupakan pilot lulusan LPPU Curug menilai penyelamatan Garuda harus dimulai dari sektor operasional yang selama ini membebani keuangan.
“Kalau tidak diperbaiki, biaya tetap jalan terus,” ucap Glenny.
Glenny memperkirakan proses pemulihan penuh membutuhkan waktu dua tahun hingga Garuda kembali mencetak laba. Keputusan menahan ekspansi ini menjadi sinyal kuat bahwa Garuda memilih stabilitas dan efisiensi lebih dulu sebelum kembali terbang lebih tinggi.
Wakil Direktur Utama Garuda Indonesia Thomas Sugiarto Oentoro menambahkan seluruh rencana ekspansi saat ini sedang dihitung ulang. Adanya posisi baru Direktur Transformasi yang dijabat Neil Raymond Mills membuat evaluasi armada dan jaringan rute dilakukan lebih ketat.
“Bukan dibatalkan, tapi sebagian akan kami tunda sampai analisisnya final,” ujar Thomas.