REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Deputi Bidang Statistik Produksi Badan Pusat Statistik (BPS), M. Habibullah, mengungkapkan bahwa komoditas emas perhiasan menjadi salah satu penyumbang utama inflasi Indonesia pada September 2025. Komoditas tersebut tercatat mengalami inflasi selama 25 bulan berturut-turut.
BPS mencatat Indonesia mengalami inflasi sebesar 0,21 persen secara month to month (mtm) pada September 2025. Angka tersebut meningkat dibandingkan Agustus 2025 yang mengalami deflasi 0,08 persen (mtm).
Penyumbang utama inflasi September 2025 secara mtm adalah kelompok makanan, minuman, dan tembakau dengan andil inflasi 0,11 persen. Beberapa komoditas yang berkontribusi besar dalam kelompok ini antara lain cabai merah, daging ayam ras, dan cabai hijau.
“Kelompok kedua penyumbang utama inflasi September 2025 adalah perawatan pribadi dan jasa lainnya, dengan inflasi sebesar 1,24 persen dan andil inflasi 0,08 persen. Komoditas yang menyumbang terbesar dalam kelompok ini adalah emas perhiasan,” kata Habibullah dalam konferensi pers di Kantor BPS Pusat, Jakarta, Rabu (1/10/2025).

Pada September 2025, emas perhiasan mencatat inflasi 4,70 persen dengan andil inflasi 0,08 persen. Angka tersebut jauh lebih tinggi dibandingkan periode yang sama pada 2024 ketika emas hanya mencatat inflasi 0,36 persen dengan andil 0,00 persen.
“Komoditas emas perhiasan telah mengalami inflasi 25 bulan berturut-turut sejak September 2023. Inflasi emas perhiasan pada September 2025 merupakan yang tertinggi dalam lima bulan terakhir,” jelasnya.
BPS juga mencatat sejumlah faktor yang memengaruhi pergerakan inflasi pada September 2025. Salah satunya adalah kenaikan harga emas di pasar internasional. Mengutip data World Bank, BPS menyatakan tren kenaikan harga emas global masih berlanjut.