Senin 08 Sep 2025 19:34 WIB

Purbaya Tegaskan Sudah Lama Tangani Fiskal, Bukan Orang Baru

Ia menegaskan keahlian fiskal merupakan bidang yang telah digelutinya sejak lama.

Rep: Dian Fath Risalah/ Red: Ahmad Fikri Noor
Menteri Keuangan (Menkeu) Purbaya Yudhi Sadewa di Istana Kepresidenan Jakarta, Senin (8/9/2025).
Foto: Republika/Erik Purnama Putra
Menteri Keuangan (Menkeu) Purbaya Yudhi Sadewa di Istana Kepresidenan Jakarta, Senin (8/9/2025).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa menepis anggapan dirinya minim pengalaman dalam urusan fiskal. Ia menegaskan sejak lama telah terlibat langsung memberi masukan kebijakan keuangan negara pada sejumlah pemerintahan.

“Jadi kalau Anda bilang saya nggak punya pengalaman, itu salah besar. Tahun 2008 saya bantu Pak SBY. Saya orang kepercayaannya. Tahun 2015 saya ke KSP, bantu Pak Jokowi. Waktu itu pertumbuhan ekonomi mulai melambat, kita dorong agar kembali cepat. Lalu saya keluar. Tahun 2020–2021 mau runtuh lagi, saya masuk lagi. Saya selalu memberi masukan fiskal ke pemerintah—di belakang layar, tanpa dibayar. Mungkin sekarang dibayar, ya? Saatnya dibayar sekarang, ya? Hehe,” kata Purbaya di Kantor Kementerian Keuangan, Senin (8/9/2025) sore.

Baca Juga

Ia menegaskan keahlian fiskal merupakan bidang yang telah digelutinya sejak lama. “Ini memang keahlian saya. Jadi saya nggak perlu waktu lama untuk belajar lagi. Kita akan membuat kebijakan fiskal yang punya daya dorong optimal untuk perekonomian,” tegasnya.

Purbaya menambahkan, pengalamannya menghadapi krisis membuatnya memahami cara mengelola keuangan negara secara efektif. Ia sempat mendampingi Presiden Jokowi dalam masa pandemi Covid-19 2020–2021 untuk merumuskan strategi fiskal.

“Bukan hanya dari sisi anggaran, tapi juga dari cara mengelola uang negara waktu itu,” katanya.

Sebelumnya, ekonom senior INDEF Fadhil Hasan menyoroti penurunan kredibilitas fiskal belakangan ini. "Walau dalam beberapa tahun terakhir terutama di masa kedua Jokowi banyak melakukan akomodasi terhadap keinginan Presiden sehingga mengakibatkan semakin meningkatnya hutang publik dan menurunnya kredibilitas kebijakan fiskal sendiri," katanya.

Ia juga memperingatkan potensi dampak politik dari pergantian ini. "Namun yang harus dihindarkan adalah persepsi bahwa digantinya SMI (Sri Mulyani) adalah karena peristiwa penjarahan terhadap rumahnya karena dianggap kebijakannya tidak pro rakyat. Sebab jika dengan demikian akan mengakibatkan reaksi negatif dari kalangan dunia usaha, pasar, dan masyarakat sendiri," jelasnya.

Mengenai Purbaya, Fadhil memberikan catatan khusus. "Tentang penggantinya, Purbaya Sadewa, saya kira dia ekonom yang baik, paham persoalan, namun dia belum memiliki pengalaman secara langsung mengelola fiskal dan ekonomi secara keseluruhan. Jadi bisa dikatakan dia bukan pilihan terbaik. Masih ada pilihan yang lebih baik. Misalnya, wamennya Suahasil," tegasnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement