Kamis 07 Aug 2025 19:29 WIB

Persoalan Beras Harus Dibenahi dari Hulu Sampai Hilir

Sektor perberasan memiliki dampak yang sangat besar pada lini dan bidang lainya

Petugas kepolisian menunjukkan barang bukti beras oplosan di salah satu gudang di Pasar Induk Beras Cipinang, Jakarta, Jumat (7/10).
Foto: Republika/Edwin Dwi Putranto
Petugas kepolisian menunjukkan barang bukti beras oplosan di salah satu gudang di Pasar Induk Beras Cipinang, Jakarta, Jumat (7/10).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Guru Besar IPB University, Prof Edi Santoso mengapresiasi gebrakan Menteri Pertanian (Mentan), Andi Amran Sulaiman, yang berani membongkar praktek kecurangan kualitas beras pada beras premium dan medium yang beredar di pasaran. Sikap tegas dan keberanian semacam itu yang saat ini dibutuhkan terutama untuk menjamin kualitas beras dari tangan-tangan pengoplos yang menyebabkan kerugian masyarakat.

“Saya kira persoalan beras memang sudah seharusnya dibenahi baik dari hulu sampai hilir agar masyarakat memiliki kemampuan dalam memilih beras berkualitas. Dalam hal ini saya mengapresiasi keberanian Pak Menteri,” ujar Prof Edi saat mengikuti FGD Beras Nasional di Kantor Pusat Kementan.

Dari sisi ekonomi, Prof Edi mengatakan sektor perberasan memiliki dampak yang sangat besar pada lini dan bidang lainya, termasuk juga dari sisi peningkatan kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat secara luas. “Beras itu akan ada banyak dampak terutama dari sisi nilai ekonomi, dimana ada sekitar Rp 400 triliun uang yang berputar di sana. Kenapa? Karena beras menjadi makanan pokok sehari-hari masyarakat Indonesia,” katanya.

Wakil Sekjen HKTI 2023-2025, Muhammad Sirod, mengatakan reformasi beras harus segera dilakukan dalam mendukung visi besar Presiden Prabowo yang memiliki perhatian khusus pada ketahanan pangan. Perbaikan di sektor perberasan ditunggu masyarakat karena beras merupakan komponen vital bagi pemenuhan kehidupan masyarakat.

Sirod menambahkan Indonesia di bawah komando Presiden Prabowo sedang mengumpulkan kekuatan mendorong kemajuan sektor pertanian, dimana swasembada dan lumbung pangan dunia menjadi target utamanya. “Dan untuk mencapai bangsa yang berdaulat pangan itu ternyata menempuh jalan yang terjal, untuk itu kita mesti memahami gambaran besarnya dan sebisa mungkin beradaptasi pada proses yang timbul karena perubahan ke arah kemajuan ini,” jelasnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement