REPUBLIKA.CO.ID, SINGAPURA — Nilai tukar dolar AS merosot pada Selasa (24/6/2025) setelah Presiden Donald Trump mengumumkan gencatan senjata antara Israel dan Iran. Kabar tersebut disambut positif oleh investor dan memicu reli aset berisiko di berbagai pasar global.
Trump menyampaikan bahwa kedua negara telah menyepakati gencatan senjata penuh, yang diharapkan mengakhiri konflik selama 12 hari yang menyebabkan jutaan warga mengungsi dari Teheran dan menimbulkan kekhawatiran eskalasi konflik di kawasan Timur Tengah.
Meski demikian, hingga kini belum ada konfirmasi resmi dari pihak Israel. Bahkan, militer Israel menyatakan bahwa Iran kembali meluncurkan gelombang rudal hanya beberapa jam setelah pengumuman Trump. Presiden AS kemudian menegaskan bahwa gencatan senjata “kini mulai berlaku” dan mengimbau kedua pihak untuk tidak melanggarnya.
Sentimen pasar langsung merespons kabar tersebut. Dolar Australia yang sensitif terhadap risiko naik 0,5 persen menjadi 0,6493 dolar AS, sementara dolar Selandia Baru naik 0,55 persen ke posisi 0,6009 dolar AS. Mata uang Israel, shekel, juga menguat tajam sebesar 1 persen terhadap dolar ke level terkuatnya sejak Februari 2023.
“Ini jelas berita positif bagi sentimen risiko,” kata Rodrigo Catril, ahli strategi mata uang senior di National Australia Bank. Namun ia mengingatkan perlunya kejelasan lebih lanjut mengenai syarat-syarat gencatan senjata dan potensi kesepakatan damai yang lebih permanen.
Sementara itu, dolar AS—yang pekan lalu menguat karena permintaan aset safe haven—melemah secara luas. Terhadap yen Jepang, dolar turun 0,47 persen ke 145,45. Euro naik 0,23 persen ke 1,1605 dolar AS, dan poundsterling Inggris naik 0,27 persen ke 1,3564 dolar AS.
Pelemahan dolar juga dipicu oleh turunnya harga minyak, yang turut mendukung penguatan euro dan yen. Uni Eropa dan Jepang merupakan importir utama minyak dan gas alam cair, sementara AS kini merupakan eksportir neto.
Selain itu, komentar dovish dari sejumlah pejabat Federal Reserve turut menekan dolar. Gubernur Fed Michelle Bowman menyatakan bahwa pemangkasan suku bunga perlu segera dipertimbangkan, sejalan dengan pernyataan Gubernur Fed lainnya, Christopher Waller, yang membuka peluang pemangkasan suku bunga pada pertemuan berikutnya.
Indeks dolar terhadap sekeranjang mata uang dunia turun menjadi 98,12, melanjutkan pelemahan lebih dari 0,5 persen pada sesi sebelumnya.
Ketua The Fed Jerome Powell dijadwalkan menyampaikan kesaksian di hadapan Kongres AS pada Selasa dan Rabu. Fokus pasar tertuju pada proyeksi suku bunga AS ke depan.
“Tampaknya perpecahan pandangan di internal dewan The Fed makin terlihat menjelang kesaksian Powell,” kata Tony Sycamore, analis pasar di IG. Ia menilai peluang penurunan suku bunga pada Juli “masih terlalu rendah”, meski mulai meningkat.
Menurut alat CME FedWatch, pasar kini memperkirakan peluang pemangkasan suku bunga pada Juli sebesar 23 persen, naik dari 14,5 persen sehari sebelumnya.