Senin 23 Jun 2025 11:45 WIB

Maskapai Penerbangan Dunia Pusing Hindari Zona Perang, Masih Kalkulasi Risiko Pembatalan

Serangan rudal dan drone timbulkan risiko besar terhadap keselamatan penerbangan.

Pesawat Singapore Airlines melakukan pendaratan di Bandara Soekarno Hatta, Tanggerang, Banten (ilustrasi).
Foto: Republika/Rakhmawaty la'lang
Pesawat Singapore Airlines melakukan pendaratan di Bandara Soekarno Hatta, Tanggerang, Banten (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, SINGAPURA — Sejumlah maskapai penerbangan komersial dunia masih mengkalkulasi lamanya penangguhan rute ke Timur Tengah menyusul serangan militer Amerika Serikat (AS) ke fasilitas nuklir Iran pada akhir pekan. Singapore Airlines, salah satu maskapai ternama di Asia, menyebut situasi saat ini masih sangat dinamis. Dikutip dari Reuters, Senin (23/6/2025), maskapai tersebut membatalkan penerbangan dari Singapura ke Dubai setelah melakukan penilaian keamanan.

Rute Timur Tengah menjadi semakin penting dalam jalur penerbangan antara Eropa dan Asia sejak wilayah udara Rusia dan Ukraina ditutup akibat konflik. Namun, laman pelacakan penerbangan FlightRadar24 menunjukkan ruang udara di atas Iran, Irak, Suriah, dan Israel kosong dari lalu lintas udara.

Baca Juga

Air France-KLM menyampaikan pada Ahad bahwa mereka membatalkan penerbangan dari dan ke Dubai serta Riyadh untuk hari Minggu dan Senin. Maskapai British Airways, bagian dari grup IAG, juga membatalkan rute dari dan ke Dubai serta Doha pada Ahad. Pihak maskapai mengatakan masih mengevaluasi penerbangan berikutnya.

Gelombang serangan misil dan drone di berbagai zona konflik meningkatkan risiko bagi lalu lintas udara sipil. Lembaga pemantau risiko penerbangan, Safe Airspace yang dikelola OPSGROUP, memperingatkan bahwa serangan AS ke situs nuklir Iran meningkatkan ancaman terhadap operator penerbangan asal AS di kawasan tersebut.

Beberapa hari sebelum serangan, American Airlines telah menangguhkan penerbangan ke Qatar, sementara United Airlines juga membatalkan penerbangan ke Dubai.

Maskapai-maskapai dunia juga mewaspadai potensi lonjakan harga minyak akibat konflik, yang akan berpengaruh langsung terhadap biaya bahan bakar jet.

Di sisi lain, Israel mempercepat upaya evakuasi untuk membantu penumpang yang terdampar di dalam dan luar negeri. Otoritas Bandara Israel menyatakan bahwa penerbangan "penyelamatan" akan ditambah hingga 24 kali per hari mulai Senin, dengan batas maksimal 50 penumpang per penerbangan.

Maskapai nasional El Al menyebut menerima lebih dari 25.000 permohonan keluar dari Israel hanya dalam satu hari pada Ahad.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement